Minggu, 12 Oktober 2014

Profesi Keguruan



1.     Pengertian antara ilmu, pengetahuan dan ngelmu
Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metod ilmiah atau metode keilmuwan atau metodologi penenlitian. Jadi ilmu itu merupakan hasil penenlitian dan karenanya bersifat ilmiah.
Pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut knowledge, adlah semua hl yang diperoleh lewat indera, atau kenalan, hasil pengalaman. Manusia mengalami dunia sekitarnya lewat indera atau alat pengenalan. Manusia memiliki lima alat indera, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan dan penciuman. Dengan kata lain manusia mengenali dunia lewat melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium, yang semuanya merupakan pengalaman atau hasil dari mengalami lewat indera.
Ngilmu, adalah suatu konsep yang berbau kejawen, yaitu pengetahuan yang diperoleh lewat pengelaman bati. Biasanya orang tidka mengakui ngelmu sebagai karya ilmiah karena tidak konkret, santbet dan sebagainya. Ngilmu menjadi ilmiah ketika dikaitka dengan filsafat, yang menggunakan metode ilmiah yaitu bermeneutik.

2.     Sumber-sumber pengetahuan
Yang dimaksud dengan sumber pengetahuan adalah dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenaranya. Pengetahuan itu bersumber pada pengalaman, otoritas, penalaran deduktif, penalaran indukatif dan metode ilmiah.
Pengalaman atau empiri merupakan hasil mengalami, dapat berupa hasil pengamatan atau observasi, bersifat konkret, nyata, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabka. Otoritas artinya, kekuatan kekuasaan yang ada pada para ahli ilmu pengetahuan sehingga menjamin kebenaran, yang implementasiya berupa penguntipan atau sifat cuplikan yang disertai dengan catatan.
Penalaran dedukatif menjadi sumber kebenaran pengetahuan. Metode ilmiah adalah, langkah-langkah pembentukan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan, yang merupakan perpaduan dari penalaran dedukatif dan induktif

3.     Lima Langkah-langkah metode Ilmiah
Yang dimaksud lima lagkah dalam metode ilmiah adalah (a) penentuan dan perumusan masalah, (b) mengajukan hipotesis, (c) penalaran dedukatif, (d) observasi, pengumpulan data/fakta, dan analisis (e) mendukung (menguatkan) atau menolak hipotesis.
Masalah, merupakan pangkal dan fokus dari penyusunan karya ilmiah. Karya ilmiah disusun untuk memecahkan suatu masalah, yaitu hal yang belum diketahui, yang ingin diketahui, yang dipertanyakan, yang menganggu pikiran, yang merisaukan, dll. Untuk memecahkan masalah tersebut penulisan karya ilmiah perlu mengajukan dengan jawaban sementara. Untuk itu diperlukan penalaran dedukatif, dari teori-teori yang ada disimpulkan sebagai jawaban sementara (khusus) melalui kerangka berpikir. Setelah itu penulis melakukan observasi dan menganalisis yang biasa disebut sebagai meneliti atau penelitian. Hasil dari observasi dan menganalisis itulah yang akan menjadi bukti empiris yang dapat mendukung atau menolak hipotesis yang telah diajukan.

4.     Masalah tentang fokus dri tulisan Ilmiah
Masalah adalah hal yag belum diketahui, yang ingin diketahui, yang dipertanyakan, yang menganggu pikiran, yang merisaukan, yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai antar kenyataan dan idealnya. Penulisan karya ilmiah selalu berangkat dari masalah, bila tidak ada masalah tidak perlu ditulis karya ilmiah. Maka biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

5.     Gambaran alur metode ilmiah
Seluruh proses metode ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di muka dapat digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut
KHUSUSU
                                                                       
DATA
                                    Rasional                                                          Empiris
TEORI
UMUM
TEORI
UMUM
KHUSUSU
FAKTA
 



                        Logika Dedukatif                                                                               Logika Iduktif\
KHUSUSU
 


6.     Konsep karya ilmiah
Sebelum menulis suatu karya ilmiah sebaiknya memahami beberapa konsep karya ilmiah dan pengertiannya sebagai berikut:
a.           Tulisan, karya ilmiah yang disusun berdasarkan karangan dan pernyataan gagasan orang lain. Orang yang menghasilkan tulisan tersebut penulis. Penulis hanya mengkomplikasikan (meringkas dan menggabungkan) berbagai informasi sedemikian rupa sehinggatersusun sebuah paparan baru yang utuh.
b.           Karangan, adalah suatu ciptaan, mengadakan sesuatu yang belum pernah ada. Orang yang menghasilkan karangan disebut pengarang. Perhatikan bedanya dengan penulis. Ciptaan yang dimaksud bukan fiksi atau khayalan, melainkan fakta, peristiwa, gejala, pendapat, gagasan yang bukanfantasi, jadi bersifat ilmiah.
c.           Ilmiah, sifat yang dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah atau keilmuan. Ilmiah tidak selalu hasil penelitian, melainkan tulisan yang disajikan secara mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Cirri tulisan ilmiah adalah obyektif, mendalam, logis, didukung data-data atau informasi. Keilmiahan akan hilang manakala penulis hanya mengemukakan teori, data, fakta, atau informasi yang telah diketahui umum, misalnya buku pelajaran.
d.           Seminar, pertemuan bidang ilmu tertentu yang diselenggrakan untuk menjernihkan pengertian-pengertian yang masih kabur atau ditafsirkan secara salah. Contohnya, seminar proposal, seminar hasil penelitian, seminar kenakalan remaja, dalam hal mana masih terdapat sesuatu yang dapat ditafsirkan secara berbeda-beda.
e.           Symposium, suatu kegiatan atau pertemuan ilmiah untuk menemukan saran-saran kebijakansanaan yang diperlukan oleh pejabat. Symposium tidak terbatas pada satu bidang ilmu tertentu melainkan bersifat  multidisiplin.
f.            Lokakarya atau workshop, seperti symposium, dengan tujuan memperbicangkan dan mengambil putusan tentang program kerja tertentu, contoh: lokakarya menyusunkurikulum, program, pembangunan, dan lain-lain.
g.           Konperensi, pertemuan seperti symposium yang biasanya dilakukuan para pejabat dan petugas eksekutif di luar kalangan ilmuan, untuk mengumpulkan pandapat sebelum melakukan tindakan kebijakan. Pertemuan yang senada dengan konperensi adalah: rapat kerja, rapat dinas, rapat teknis ( bagi instansi pemerintah ), musyawarah kerja ( bagi organisasi nonpemerintah ) dank ogres ( bagi organisasi politik atau perkumpulan profesi).
h.           Makalah, istilah dari bahasa arab yang berarti karangan. Makalah sering disamakan dengan paper. Makalah adalah karangan yang diseminarkan, sedangkan paper tidak diseminarkan, hanya berupa kertas kerja sebagai hasil tugas yang berupa kumpulan.
i.            Paper, sehingga sering disebut term paper, research paper, yaitu semacam gas akhir pada tingkat sarjana muda (dulu), untuk meraih gelar  BA ( Bacbelar of Art ) atau BSc, ( Bacbelsr of Science), tugas itu dilaksanakan dengan membuat tuliasan ilmiah menggunakan beberapa buku sumber dan dipertahankan dalam suatu tujuan.
j.            Risalah, merupakan semacam tugas akhir untuk mahasiswa tingkat balalaureat (tahun-tahun pertama di perguruan tinggi ). Tugas tersebut berupa meringkas sebuah buku ilmiah dalam bidang ilmu tertentu, tidak untuk ujian
k.           Technical report, berisi hasil studi minor, yang lebih dikenal dengan sebutan skripsi, yaitu tulisan yang disusun sebagai hasil riset, merupakan salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana (dulu Drs= Doctorandus, artinya “ yang berhak mendapat gelar doctor” sekarang S.Pd= Sarjana pendidikan , ST= Sarjana Teknik, dan seterusnya).
l.            Tesis, tulisan tentang studi mayor, sebagai tugas akhir tingkat Magister Sains, sekarang menjadi tugas akhir mahasiswa sastra dua (S-2) dengan gelar M.Pd ( Magister Pendidikan ), M.M ( Magister manajemen), M.Si ( magester Sains), M.Psi ( magister psikologi), dan lain-lain.
m.         Disertasi, tulisan hasil riset ilmiah, sebagai tugas akhir tingkat strata tiga (S-3), untuk meraih gelar Doktor. Dulu untuk meraih gelar doctor tidak perlu kuliah (S-3) melainkan melakukan penelitian dan mendaftar ujian pada universitas yang terkait dengan disiplin ilmunya.
n.           Artikel, adalah tulisan yang biasa di majalah. Artikel ilmiah dimuat di majalah ilmiah. Bila artikel tersebut berasal dari hasil penelitian dimuat dijurnal penelitian. Biasanya jurnal atau majalah ilmiah mensyaratkan jumlah halaman dengan tata tulis tertentu ( gaya selingkung), biasanya 12-15 halaman kuarto ketika 1,5 spasi atau 15-20 halaman kuarto ketik 2 spasi, bahkan harus ditulis dengan jenis huruf dan ukuran tertentu ( biasanya times new roman 12).
o.           Penerbitan, merupakan sejenis artikel yang ditulis sebagai laporan hasil penelitian, berfungsi sebagai publikasi temuan atau hasil penelitian yang biasa di muat dalam jurnal penelitian.
p.           Absrak, merupakan inti sari atau ringkasan laporan penelitian, di batasi maksimal tiga halaman, ditempatkan di depan tulisan dengan maksud agar sebelum membaca seluruh tulisan sudah membaca lebih dulu ringkasannya.

7.     Penggunaan bahasa Indonesia baku dalam menulis karya ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yaitu menggunakan metode ilmiah di dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang meliputi: bersifat objektif, logis, empiris, sistematik, lugas, jelas, dan konsisten. Sesuai dengan ciri-ciri tersebut, tulisan yang termasuk dalam jenis karya ilmiah di antaranya ialah: makalah (paper), artikel ilmiah, laporan akhir, dan laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, dan disertasi). Dari pengertian tersebut jelas sekali bahwa sebuah tulisan ilmiah harus memenuhi kriteria keilmiahan tertentu serta kriteria kebahasaan yang tertentu pula.
Sifat objektif, logis, sitematik, lugas, dan jelas dalam sebuah karya tulis ilmiah dapat dicapai hanya dengan bahasa yang tepat. Isi atau gagasan yang sangat bagus jika disampaikan dengan bahasa yang kurang tepat atau kurang bagus akan berakibat pada kurangnya pemahaman pembaca terhadap ide atau gagasan yang disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, faktor bahasa dalam karya ilmiah menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk dipersiapkan.
Untuk mencapai kualitas tulisan ilmiah yang baik khususnya dilihat dari segi bahasanya, perlu kiranya dipahami bahwa bahasa Indonesia dalam karya ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dari karya tulis nonilmiah. Terdapat beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Menurut Suwito (1982) bahasa tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan kata dan peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya bahasanya menarik
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca, pemilihan kata atau istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena konteksnya adalah penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta pemilihan istilah Makalah
harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku. Selain itu pemilihan kata atau istilah juga menyangkut pemilihan berdasarkan ketepatannya dalam mengantarkan gagasan yang dimaksud oleh penulis. Berkaitan dengan pemilihan kata atau istilah yang tepat ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menulis karya ilmiah yaitu:
Menggunakan Kata-kata dan Istilah yang Baku
Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai adalah kata-kata yang baku yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan. Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku dan mana kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta buku-buku pedoman lain yang menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa.

8.     Kalimat bahasa Indonesia dengan baik dan benar
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca (Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur,
b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,
c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan unsur kalimat,
e. kecermatan dan kesantunan, dan
f. kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

9.     Istilah-istilah dalam bahasa Indonesia secara baik dan benar
Adapun berkaitan dengan penggunaan istilah, menurut kaidah pembentukan istilah, sumber yang dipakai sebagai pembentuk istilah dapat berupa kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa serumpun, dan kosakata bahasa asing. Pembentukan kosakata dari ketiga sumber tersebut harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Depdiknas, 2004). Hal ini agar standarisasi dalam hal istilah tetap terjaga serta perkembangan bahasa dapat terkendali secara sehat.
Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan istilah harus memenuhi syarat seperti: 1) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan; 2) Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama seperti ”gulma” dibandingkan dengan “tanaman pengganggu” atau “suaka politik” dibandingkan dengan “perlindungan politik”; 3) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik), seprti “tunakarya” dibandingkan dengan “penganggur”. Demikian juga jika sumber istilah berasal dari bahasa serumpun, pembentukan istilah harus memenuhi persyaratan tersebut contoh kata-kata seperti: gambut (Banjar), nyeri (Sunda).
Jika sumber istilah dari bahasa asing, pembentukan istilah dapat dilakukan dengan cara 1) menerjemahkan contoh: samenwerking yang berarti “kerjasama” atau network yang artinya “jaringan”, 2) menyerap yaitu jika memenuhi syarat-syarat berikut: istilah serapan lebih cocok karena konotasinya, lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya, atau dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya, dan menyerap sekaligus menerjemahkan kata asing.
Berikut ini adalah contoh istilah serapan yang diambil dengan atau tanpa pengubahan yang berupa penyesuaian ejaan dan lafal.
Istilah Asing
Istilah Indonesia yang Dianjurkan
Istilah Indonesia yang dijauhkan
Urine
amputation
horizon
energy
oxygen
urine
amputasi
horizon
energi
oksigen
kencing
pemotogan (pembuangan) anggota badan
kakilangit; ufuk cakrawala
daya; gaya; tenaga; kekuatan
zat asam

10.  Beberapa kekeliruan dalam pemakaian kata-kata bahasa Indonesia
Ada beberapa kekeliruan yang sering terjadi berikut ini :
a.        Kata penghubung sebagai awal kalimat: sehingga, sedangkan, walaupun dan lain-lain
b.       Pemakaian dari “pada” kesimpulan dari pada tulisan ini adalah
c.        Where danof, langsung diterjemahkan menjadi dimana dan dari
d.       Tidak membedakan awalan di dan ke dari kata depan did an ke, bandingkan: di Indonesia, ke depan dan kedelapan, dan masih banyak yang lain.

11.  Jenis kertas, ukuran dan warna dalam penulisan karya ilmiah
Tulisan ilmiah biasa menggunakan kertas berukuran kuarto 21 cm x 28 cm. warna kertas putih, sedangkan untuk sampul menyesuaikan tuntutan gaya selingkung dimna tulisan itu akan dipublikasikan. Jenis kertas HVS 80 gram, tidak ditulis bolak balik  ( satu sisi saja ) sedangkan sampulnya menggunakan kertas buffalo.

12.  Mengetik karya ilmiah dengan baik dan benar, yang terkait dengan jenis huruf, batas pengetikan, isi ruang, angka, spasi, perjudulan dan alenia

Yang harus diperhatikan dalam pengetikan ada yang hal-hal sebagai berikut :
a.        Jenis huruf pica ( 10 huruf dalam 1 inci )atau Times New Roman 12.
b.       Batas pengetikan : 4 cm atas, 4 cm kiri, 3 cm kanan, dan 3 cm bawah, biasanya sudah ada dalam program computer.
c.        Diusahakan seluruh ruang terisi, jangan ada ruangan yang kosong yang tidak perlu. Hal ini biasanya terjadi bila tulisan menggunakan sistem penomoran kebawah dan kekanan yang berurutan. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan menggunakan sistem alinea, dengan uraian yang mengalir tanpa nomor, bila harus menggunakan nomor dapat ditempatkan didalam tubuh uraian, bukan dideret ke bawah.
d.       Perhatikan pengetikan angka satuan : sepuluh orang ; tahun 2009 ; 5,5 km dan lain lain.
e.        Tulisan ilmiah biasanya menggunakan spasi 1,5 atau 2, bukan spasi 1.
f.        Perhatikan pengetikan judul, sub judul, anak sub judul, sub anak sub judul, dan alinea baru; sesuaikan dengan aturan atau gaya selingkung tempat tulisan ilmiah akan dipublikasikan.

13.  Beberapa sistem peomoran dan letaknya yang terkait dengan judul, tabel, gambar, lampiran dan rumus
·     Sistem penomoran 
a.      Biasa dikenal dua sistem penomoran dalam penulisan karya ilmiah:
I           1.1.      1.2.      1.3.      dst.
II          2.1.      2.2.      2.3.      dst.
III         3.1.      3.2.      3.3.      dst.

I           A.        1.         a.         1)         a)         (1)       (a)
II          A.        1.         a.         1)         a)         (1)       (a)
III         A.        1.         a.         1)         a)         (1)       (a)

b.     Sistem penomoran judul dan letaknya
I JUDUL BAB
A.      Sub judul
1.       Anak sub judul
a.       Sub anak sub judul
1)      ……………………………………………….
a)   …………………………….……….…….…
1)        ………………………………….………
a)           ………………….……………………


 











c.      Sistem penomoran judul dan letak menurut APA (American psychological Association
BAB III
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.    Ekspirimen 1
............................................................................................................
……………………………………………………………………….
1.     Metode
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
a.      Materi
…………………………………………………………...
                        ……………………………………………………………………
1)     …………………………………………………………..
……………………………………………………………………


 















a.       Nomor halaman
1)       Bagian awal dengan nomor : i, ii, iii, iv, v, vi, dst. Ditempatkan pada tengah atau sudut kanan bawah halama, untuk nomor halaman judul tidak ditulis tetapi tetap dihitung sebagai urutan.
2)       Abstrak, ditempatkan di depan bagian awal, dengan nomor : (1), (2), (3), ditengah bawah.
3)       Bagian utama, menggunakan nomor: 1, 2, 3, di sudut kanan atas.
b.       nomor tabe, gambar, lampiran, dan rumus
1)       Tabel, gambar  Lampiran, diberi nomor angka Arab : 1, 2, 3, dst. Contoh :
Table 6 : ……………………………………………………
Gambar 15: …………………………………………………
Lampiran 37: ……………………………………………….

2). Rumus diberi nomor dalam kurung, ditempatkan dekat batas kanan contoh :
       Y = a + bX1 + cX2                                                                                (4)

·         Tabel dan gambar
a.      Tabel
Judul table harus singkat dan jelas, tetapi tidak terlalu singkat juga karena terlalu panjang. Table diupayakan berada pada satu halaman, tidak terbelah, kecuali tidak memungkinkan untuk dijadikan satu halamn. Yang masuk dalam table hanya hal-hal yang penting saja. Bila tidak sangat perlu hendaknya dihindari pemakaian garis vertical. Judul dan nomor table ditempatkan diatas table. Berikut ini contohnya.
Contoh judul table :
1.       Judul terlalu singkat : hubungna antar metode dan prestasi Judul table tersebut kurang menjelaskan metode apa dan prestasi apa.
2). judul table terlalu panjang : angka rata-rata prestai belajar pancasila mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan metode resitasi
3). Yang lebih baik : nangka rata-rata prestasi mahasiswa dengan beberapa macam metode.
Contoh tabel :
Tabel 17 : Jumlah Siswa SMP Dewantara 2009
Kurang baik :
                
                             Kelas1            kelas 2             kelas 3
                                        
Tabel 17
Jumlah Siswa SMP Dewantara 2009
Lebih baik :
    
Kelas
                                   
                                                1                      2                      3         
                                   
b.     Gambar         
Yang dimaksud gambar dalam tulisan ilmiah mencakupi: grafik, diagram, peta, foto, gambaran, dan lain-lain. Sebagaimana tabel, gambar seharusnya masuk dalam satu halaman, diupayakan jangan sampai dipenggal. Gambar yang dibuat dengan tinta hitam lebih baik dari pada yang dibuat dengan kompoter. Berbeda dengan tabel, judul dan nomor gambar ditempatkan dibawah gambar.

Berikut ini contoh sebuah grafik :
      REKTOR
                              


     WAKIL REKTOR KEUANGAN
WAKIL REKTOR KEMAHASISWAAN
WWAKIL REKTOR AKADEMIK
                                                                              

                       
Gambar 5 : Struktur Organisasi Rektorat Diperguruan Tinggi

14.  Sistem notasi APA dan MLA
Dalam penulisan ilmiah dikenal dua kelompok notasi ilmiah, yang keduanya berasal dari tradisi penulisan ilmiah di Amerika, yaitu
Kelompok ahli psikologi yang membentuk organisasi APA (American Psychological Association) yang terkenal dengan notasi catatan tubuh (Body Note)
Kelompok ahli bahasa, dengan organisasinya MLA (Modern Language Association), yang terkenaldengan notasi catatan kaki (foot Note).
Kedua kelompok notasi tersebut tersebar keseluruh dunia dan diadopsi npara ahli ilmu dengan menyesuaikan dan pengembangan sehingga timbul berbagai variasi dengan payung/legalisasi aturan atau gaya selingkung.


15.  Menerapkan teknin notasi ilmiah secara benar, yang meliputi: kutipan langsung, tidak langsung, catatan tubuh, catatan kaki, catatan belakang
Kutipan adalah Pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan. Kutipan sering kita pakai dalam penulisan karya ilmiah. Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum.jadi,pendapat pribadi tidk perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya.Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip,dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.
kutipan Langsung
Contoh :
 *“Ada informasi pesan singkat yang menyesatkan. Kami akan selediki terus karena sumbernya sudah ada,” kata Kepala Bidang (KABID) HUMAS Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Jakarta, sabtu (6/3)
 *Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan semakin banyak ’campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Soebroto, 1990:23)
 *“Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk meraih ridha Allah SWT. Dan adalah Allah Maha Penyantun terhadap hamba hamba-Nya”. (Al-Baqarah:207).
*Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata , tangan, atau bagian tubuh lain . . . yang termasuk gerak manipuatif antara lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim, 1995:315).



kutipan Tidak Langsung
Contoh :
*Dalam karangannya, lembaga tersebut kembali memperjelas bahwa panggalian tersebut hanya beberapa puluh meter dari masjid Al-Aqsha, dan semakin hari penggaliannya akan semakin di tingkatkan hingga mencapai kedalaman 10 meter, sampai ke area masjid Al-Aqsha (Eramuslim.com,16/3/2010)
*Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan tidak ada intervensi dalam pengusutan kasus Bank Century yang diduga terindikasi pelanggaran tindak pidana korupsi (Republika, Ahad 7 Maret 2010 halaman 1 ).
*Dalam komunikasih sehari-hari kita menggunakan suatu media yang di sebut bahasa sebagai alat berkomunikasi “bahasa adalah sebuah sistem, bahasa itu di bentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan di kaidahkan” (Surip dkk., Bahasa Indonesia, 2008:80).
*Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis.

Catatan tubuh, ditulis dalam tanda kurung langsung setelah kutipan dengan isi :
a.        Nama penulisan (nama akhir saja)
b.       Tahun : nomor halaman
Contoh : (Soegeng Ysh, 2006: 120)
Bila penulisan dua atau tiga orang, ditulis nama akhir semua penulis :
Contoh : (Soegeng Ysh., Kusdaryani, dan Trimo, 1990: 25)
Bila penulis lebih dari tiga orang hanya ditulis nama akhir penulis pertama diikuti dkk, atau et al :
            Contoh : (sudharto, dkk, 2009: 192)
Catatan kaki, ditempatkan di kaki (bawah) uraian setiap halamdenganb nomor urut setiap halaman atau setiap bab.
            Contoh : 1. ‘George McTurnan kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia (Ithaca and London: Cornell University, 1951), p. 123
            Contoh : 2.  ‘A. Teeuw, “Tentang Priyayi : Sastra dan Sejarah”, Dalam T. IbrahimAlfian dkk. (editor), dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Krisi, Kumpulan karangan Prof. Dr. Sartono Kartodirjo (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1987), PP, 11-12.
           
Catatan belakang, pada dasarnya sama dengan catatan kaki, dikumpulkan secara urut dari yang pertama hingga terakhir (tidak disusun menurut abjad), ditempatkan di belakang seluruh tulisan atau Bab, sebelum Daftar Pustaka. Dalam hal ini ada penulis yang merasa tidak perlu lagi ada Daftar Pustaka.

16.  Teknik ibid, loc.cit dan op.cit
Dalam notasi catatan kaki sering digunakan singkatan: Ibid, Lac, cit,. dan Op.cit Ibid, singkatan dari ibidem, artinya dari sumber yang ada di atas persis. Loc, Cit,. singkatan dari Loco citato (loco = tempat, citato = kutipan), artinya kutipan dari penulis yang samayang telah disebut sebelumnya, pada halaman atau tyempat yang sama pula. Op. Cit, singkatan dari Opo Citato, artinya kutipan dari penulis yang sama yang pernah disebut sebelumnya tetapi pada tempat atau halaman yang berbeda; maka Op, cit . selalu diikuti nomor halaman.

17.  Daftar pustaka secara benar
Daftar Pustaka, adalah semua buku, sumber, atau pustaka yang dipergunakan dalam tulisan ilmiah. Semua sumber yang dikutip harus ada dalam Daftar Pustaka, dan sebaliknya, yang ada dalam Daftar Pustaka harus muncul dalam uraian. Daftar Pustaka disusun menurut urutan abjad (alfabetis), diketik satu spasi ke bawah; antar pustaka diberi jarak 1.5 spasi. Bila terdapat sumkber yang sama penulisnya, diurutkan berdasarkan terbit, nama penulis diganti dengan garis lurus di sepanjang 1.5 ketikan untuk menunjukkan sama dengan nama di atasnya. Ada banyak penulisan Daftar Pustaka, perhatikan :
Contoh : Kerlinger, FN, 1976, Foundations of Behavioral Recearch. New York: Holt,

18.  Langkah besar dalam meulis karya ilmiah
Menulis karya ilmiah meliputi lima langkah kegiatan, yaitu :
1.           Menetapkan topic atau pokok bahasan
Untuk dapat menetapkan topic secara tepat perlu melakukan klarifikasi tugas, dengan mengajukan beberapa pertanyaan
2.           Mengumpulkan informasi
Sumber informasi adalah suatu yang penting dalam kegiatan menulis, maka dari itu harus di pertimbangkan terlebih dahulu tentang ketersediaan informasi. Sumber informasi ini dapat berupa : nara sumber, pustaka, internet, faktor kebetulan, inspirasi dan aspirasi.
3.           Merencanakan tulisan
Merecanakan tulisan dapat dilakukan sejak masih dalam pengumpulan data/informasi. Rancangan tulisan dapat dibuat garis besarnya yaitu: pendahuluan, pembatasan dengan beberapa sub topic dan kesimpulan.
4.           Menulis
Setelah selesai membuat garis beras maka rancangan dapat segera ditulis. Dalam waktu menulis sebaiknya mencari waktu yang luang dan tenang, sedapat mungkin tidak terputus ditengah jalan karena harus mengerjakan hal lain yang lebih mendesak. Apa yang sedang ditulis perlu mendapatkan inspirasi dan aspirasi.
5.           Mendokumentasi sumber
Karya ilmiah perlu memeerlukan dokumentasi sumber untuk mempertanggung jawbkan kebenaran informasi, data, atau fakta yang digunakan dalam menyusun tulisan

19.  Mengklarifikasi tugas sebelum menulis
a.      Mengapa saya menulis
Pada dasarnya menulis itu untuk menemukan suatu kebenaran, menjawab pertanyaan atau untuk memecahkan suatu masalah. Sedangkan dalam menulis karya ilmiah pada mulanya berangkat dari suatu masalah yaitu suatu yang merisaukan, yang belum diketahui dan ingin diketahui, kesenjangan atau perbedaan antara yang seharusnya dan kenyataan yang ada.
b.     Siapa yang akan membaca
Penulis perlu dalam mempertimbangkan siapa yang akan membaca atau siapa audiennya. Dengan demikian tulisan perlu diselaraskan dengan tingkat kemampuan, perkembangan dan selera pembaca.
c.      Kekhususan apa yang dapat ditemukan
Kekhususan yang terkait dengan, (1). Pentingnya masalah yang akan ditulis, merupakan hal baru yang belum pernah ditulis oleh orang lain maka menjadi menarik, penting dan berarti, (2). Tuntutan gaya selingkung, yang meliputi : panjang tulisan atau jumlah halaman, spasi, format, gaya dokumentasi.


d.     Kapan batas akhirnya
Batas akhir penulisan bisa ditentukan kapan berakhir dengan membuat jadwal terlebih dahulu, sebaiknya jadwal ditempatkan ditempat yang strategis yang setiap saat bisa dibaca dan mudah diingat,  jika penulisan tersebut dilakukan tergesa –gesa maka hasilnya nanti tidak akan baik
20.  Memilih topik tulisan secara tepat

            Menentukan topic, sebaiknya topic dipilih yan menarik, yang actual, dan dapat atau mudah dicari sumber atau informasinya. Dalam menentukan topic perlu dihindari yaitu: (a). yang bersifat emosional, biasanya yang terkait dengan agama dan kepercayaan, (b). yang terlalu umum luas kompleks, (c). yang sulit ditemukan sumber informasinya, terkait dengan waktu, dana, izin, dan lain –lain.

21.  Menemukan sumber informasi yang dapat digunakan untuk menulis
Di bawah ini merupakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah. Sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari sumber berikut, antara lain:
a.      Manusia
Sebagai sumber, manusia dapat dimintai informasi secara tertulis atau lisan. Bila secara tertulis dan langsung, bisa dimintai dengan menulis berbagai macam data dan informasi dengan bentuk tulisan. Bilasecara tidak langsung, melalui pembacaan karya tulisnya. Secara lisan, seseorang bisa dimintai informasi dengan langsung menghubunginya dengan berinteraksi dan berdiskusi secara pribadi, melalui ceramah, panel, dsb.
b.     Organisasi
Sebagai sumber informasi, organisasi ini biasanya bekerja sebagai badan yang khusus atau lembaga yang mengkhususkan diri di dalam bidang yang bersangkutan.
c.      Literatur
Sumber informasi ini biasanya diperoleh melalui publikasi dari media cetak yang terbaca dengan jelas (legible), atau bentuk mikro yang macamnya sangat majemuk.


d.     Jasa Informasi
Di era globalisasi ini, perkembangan informasi sangat mudah diperoeh, sumber ini memberi peluang untuk memberikan pelayanan informasi yang tingkatnya global. Dengan terbukanya informasi pada tingkat global seperti sekarang ini, seseorang dengan mudah mendapat informasi dari penyedia jasa informasi. 

22.  Mengambil catatan secara baik dan benar
A.      Kutipan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, dan sumber lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan digunakan untuk mendukung argumentasi penulis.
Terdapat dua jenis kutipan:
a.        Kutipan langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan perubahan sama sekali.
b.       Kutipan tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan menguraikan inti sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya bahasa penulis sendiri
B.      Sumber Kutipan (Referensi).
Terdapat dua model pencantuman referensi:
a.   Catatan tubuh (bodynote), dilakukan ketika penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
b.   Catatan kaki (footnote), dilakukan apabila penulis mencantumkan nomor indeks di akhir sebuah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut.
C.      Catatan Kaki
Ditempatkan dikaki (bawah) uraian setiap halaman dengan nomor urut setiap halaman atau setiap bab.
Contoh : George Mc Turnan Kahin, Nationlism an Revolution in Indonesia (Ithaca and London :  Cornell University Press, 1951) , p.123
Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki
1)      Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya.
2)      Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit. khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku
3)      Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi, internet, atau lainnya.
D.      Teknik Menggunakan Catatan Tubuh
1.       Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
a)           Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh.
Contoh: Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
b)          Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan.
c)           Contoh: Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat.
E.          Catatan Belakang.
pada dasarnya sama dengan catatan kaki, dikumpulkan secara urut dari yang pertama hingga akhir 9tidak disusun menurut abjad) , ditempatkan dibelakang seluruh tulisan atau baba, sebelum daftar pustaka. Dalam hal ini ada penuls yang merasa tidak perlu lagi ada daftar pustaka.
F.           Daftar pustaka
Adalah semua buku, sumber atau pustaka yang dipergunakan dalam tulisan ilmiah.

23.  Menghindari plagiatisme
1.           Kejujuran pada diri seorang penulis.
Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan kejujuran.  Kejujuran merupakan nilai nurani (lubuk hati yang paling dalam) yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa ditempa melalui pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya dengan ilmu pengetahuan.  
2.           Pengakuan terhadap karya orang lain
 Pengakuan terhadap karya orang lain yang dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis karena hal ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.  Pengakuan terhadap karya orang lain dapat terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang dituangkan dalam isi tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan pada kata pengantar maupun sanwacana.
3.           Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme
 Pendidik dalam segala tingkatan institusi pendidikan memiliki kewajiban membimbing anak didiknya dalam segala aspek pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulumnya.  Seorang pendidik yang diberi tugas pimpinan untuk membimbing anak didiknya dalam penulisan karya tulis ilmiah atau skripsi harus menjalankan peranannya secara baik dan penuh tanggung jawab. 
Peranan seorang pembimbing sangat banyak, antara lain:
a.        memberi ide penelitian atau karya tulis ilmiah ketika siswa yang dibimbingnya tidak mempunyai ide yang sesuai dengan bidangnya,
b.       memberikan arahan tentang garis besar atau kerangka isi karya tulis ilmiah yang akan dibuat,
c.        membimbing tata cara penulisan dan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
d.       membimbing cara pengolahan dan penyajian data yang akan dituliskan dalam karya tulis ilmiahnya,
e.        memberikan arahan tentang interpretasi serta pembahasan data yang telah diperoleh,
f.        membaca secara teliti semua yang dituliskan bimbingannya dalam karya tulis ilmiah,
g.       memberikan masukkan atau koreksi terhadap segala kekurangan yang dijumpai pada karya tulis bimbingannya mencakup kaidah penulisan kalimat, cara merujuk suatu sumber pustaka, dan kaidah keilmuan,
h.       memberikan teladan atau contoh yang baik dan benar berkaitan dengan pembuatan karya tulis ilmiah.
Pendidik harus lebih mengetahui tentang ketentuan yang dimaksud agar mahasiswa bimbingannya bisa terdidik dengan lebih baik lagi.
-          Meningkatkan peran pemeriksa karya tulis ilmiah dalam mencegah plagiarisme. 
Pemeriksa karya tulis ilmiah bertugas untuk memeriksa kelayakan karya tulis dalam berbagai aspek, misalnya: kelayakan bidang ilmu (baik relevansi bidang ilmu maupun mutu isinya), kelayakan format, dan kebahasaan termasuk kaidah pengutipan yang benar.  Pemeriksa karya tulis ilmiah harus benar-benar memeriksa/membaca karya tulis ilmiah yang ditugasi kepadanya, baik karya tulis ilmiah untuk kenaikan pangkat para guru, para dosen, para peneliti, maupun untuk dipublikasi.  Pemeriksaan yang dilakukan secara cermat namun tidak bermaksud menghambat karir seseorang sangat efektif dalam mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis ilmiah.  Pada bagian ini, keteladanan juga sangat diperlukan terutama bagi para pemeriksa karya tulis ilmiah agar plagiarisme tidak terjadi pada paper, kertas kerja, makalah seminar (proseding seminar), makalah workshop, ataupun pada makalah jurnal/buletin.
-              Menyebarkan informasi hasil penelitian dan karya tulis lainnya melalui  publikasi dalam jurnal ataupun buletin ilmiah
Publikasi tersebut dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi perkembangan IPTEKS melalui karya tulis ilmiah agar memperkaya kasanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat, agar bisa dijadikan bahan pustaka bagi para peneliti dan akademisi, agar bisa dilakukan kajian/penelitian lebih lanjut oleh ilmuwan yang memiliki minat bidang ilmu yang sama.  Jika para pembaca mengerti maksud dan tujuan publikasi karya tulis ilmiah serta memanfaatkannya dengan benar sesuai dengan maksud dan tujuan tadi, maka plagiarisme dapat ditekan.  Keteladanan para penulis kelas kaliber justru sangat diperlukan agar plagiarisme tidak terjadi pada karya tulis ilmiah yang dipublikasi dalam jurnal/buletin.

24.  Merencanakan tulisan
Dalam menyusun sebuah karangan ilmiah terdapat berbagai faktor yang harus diperhatikan sebelum membuat sebuah karangan ilmiah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah karangan ilmiah        
A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik yang tepat, akan menunjukan tingkat cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya, akan mempengaruhi minat pembaca apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak untuk dibaca.
B. Pembahasan Topik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik :
·               menampilkan informasi latar belakang, 
·               menampilkan ringkasan hasil/temuan penelitian, 
·               memberikan komentar apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis, 
·               menghubungkan dengan hasil penelitian terdahulu, 
·             menjelaskan hasil yang diperoleh, terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan, 
·             membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh (implikasi). 
·             memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
C. Pemilihan Judul
Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan ditulis. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah: 
1)      Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
2)      Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian. 
3)      Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
4)      Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
5)      Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.
D.  Menentukan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang informasi apa saja yang akan dicari dan perlu didalami melalui penelitian tersebut. Pada hakikatnya tujuan penelitian mencakup beberapa atau salah datu hal berikut ini :
1)  Menambah struktur pengetahuan.
2)  Mengembangkan metode penelitian.
3)  Menghasilkan informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan formulasi kebijakan.
4)  Mengevaluasi program.
5)  Meramalkan perilaku individu ataupun kelompok.

E.  Menentukan Kerangka Karangan (Outline)
Di dalam bahasa Indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
1.   Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis. 
2.   Macam–macam outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya. 
3.   Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
·             Tesis atau pengungkapan harus jelas.
·             Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
·             Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide jelas.
·             Harus menggunakan simbol yang konsisten.
F. Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah
1.       Pemilihan Topik/Masalah Untuk Karya Ilmiah Pemilihan topik untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan, menentukan topik dan melakukan penelusuran terhadap topik tersebut. Dengan melakukan ketiga cara tersebut maka akan diperoleh rumusan topik atau permasalahan yang jelas dan spesifik.
2.       Mengindentifikasi Pembaca Karya Ilmiah Sebelum Anda memulai menulis, ada baiknya Anda harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan Anda tersebut. Hal ini penting, karena dengan mengetahui latar belakang pengetahuan dan minat pembaca, akan mempermudah Anda di dalam mengorganisasikan materi sajian dan cara penyampaian. Selain itu, fokus pembicaraan pun menjadi semakin jelas dan spesifik.
3.       Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah Cakupan materi itu sangat ditentukan oleh rumusan tujuan yang jelas dan pengidentifikasi calon pembaca tepat. Jika Anda tidak mengetahui siapa yang akan membaca tulisan Anda, maka otomatis Anda tidak akan bisa menunjukan cakupan materi yang akan dibahas. Akibatnya, akn sulit bagi Anda untuk memilih dan memilih bahan pustaka, data atau informasi yang dibutuhkan pada saat melakukan tahap pengumpulan data atau informasi untuk tulisan.
25.  Menyusun pendahuluan tulisan ilmiah
a.           Latar Belakang Masalah anatara lain berisi hal-hal yang mendasari adanya masalah yang perlu diteliti, termasuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya masalah tersebut diteliti atau ditulis.
b.      Identifikasi Masalah, berisi inventaarisasi masalah-masalah yang dapat dikaji yang terkait dengan masalah yang akan diteliti dan ditulis. Dengan demikian ditemukan beberapa masalah.
c.       Pembatasan Masalah, memaparkan bagaimana penulis membatasi msasalah yang dianggap paling penting, menarik, urgen, dan harus dipecahkan. Pembatasan tu dapat terkait dengan kelulusan, tempat dan waktunya.
d.      Perumusan Masalah,merupakan tindakan merumuskan masalah yang telah dibatasi tersebut biasanya dalam bentuk kalimat tanya.
e.       Tujuan Penelitian, disebutkan tujuan untuk pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan didepan.
 f.      Kegunaan Penulisan atau manfaaat peneltian yang dikemukakan manfaat dari hasil penulisan, baik secara teoritis maupun praktis.
g.      Penegasan Masalah atau memberi definisi operasional verbal yang diteliti/ diselidiki, agar tidak terjadi salah pengertian diantaar pembacanya tentang istilah atau konsep yang ada pada penyelidikan tersebut.

26.  Menulis batang tubuh tulisan
Bab II
KAJIAN TEORI/PUSTAKA
A.          Kajian Teori, memberikan paparan teoritik yang mendasari pemecahan masalah yang sedang dikaji. Dalam hal ini penulis/peneliti membaca berbagai literature yang terkait atau hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan, yang dapat dicari di internet atau jurnal hasil penelitian.
B.          Kerangka Berpikir, memberikan alur piker, penalaran logis yang mengarah pada jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang telah dirumuskan.
C.          Pemecahan Masalah, yaitu perumusan hipotesis kerja dalam penulisan.
Bab III
METODOLOGI
A.          Metode Penulisan, yang menyebutkan tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan sampling (teknik pengambilan sampel), jenis metode yang digunakan.
B.          Pengumpulan Informasi/ Data, dengan alat atau instrument apa dan bagaimana instrument tersebut dijamin validitas dan rehabilitasnya.
C.          Analisis Informasi/Data, nebggunakan tekhnik analisis apa, kalau penelitian kuantitatif biasa digunakan tekhnik statistic yang sesuai (korelarional, komparasional,regrensi, uji, ANAVA, dan lain-lain).

27.  Membuat kesimpulan dari tulisan
A.          Simpulan, dituliskan berdasarkan temuan dan hasil pembahasannya.
B.          Saran, diberikan secara operasional berdasar pada temuan dan hasil pembahasan tersebut.
C.          Implikasi, dapat ditambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif negatifnya.

28.  Struktur tulisan ilmiah hasil penelitian
A.          Paparan Informasi/Data Terkumpul, disajikan dalam bentuk tabel, gambar , atau diagram.
B.          Laporan hasil, melaporkan hasil temuannya berdasar analisis yang telah dilakukan.
C.          Pembahasan, dilakukan terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interprestasi dan evaluasi.

29.  Isi pendahuluan dan tulisan hasil penelitian
1.           Latar Belakang Masalah
2.           Identifikasi Masalah
3.           Pembatasan Masalah
4.           Perumusan Masalah
5.           Tujuan Penelitian
6.           Kegunaan Penelitian
7.           Penegasan Istilah

30.  Isi kajian teori dari tulisan hasil penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI/PUSTAKA
A.          Kajian Teori, memberikan paparan teoritik yang mendasari pemecahan masalah yang sedang dikaji. Dalam hal ini penulis /peneliti membaca berbagai literatur yang terkait atau hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan, yang dapat di internet atau jurnal hasil penelitian.
B.          Kerangka Berpikir, memberikan alur pikir, penalaran logis yang mengarah pada jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang telah dirumuskan.
C.          Pemecahan Masalah, yaitu perumusan hipotesis kerja dalam penulisan.

31.  Isi metodologi dalam tulisan hasil penelitian

BAB III
METODOLOGI
A.          Metode Penulisan, yang menyebutkan tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan sampling (teknik pengambilan sampel), jenis metode yang digunakan.
B.          Pengumpulan Informasi/Data, dengan alat atau instrument apa dan bagaimana instrumen tersebut dijamin validitas dan reliabilitasnya.
C.          Analisis Informasi/Data, menggunakan teknik analisis apa, kalau penelitian kuantitatif biasa digunakan teknik statistik yang sesuai (korelasional, komparasional, regresi, uji tanda tanya , dan lain-lain).

32.  Isi laporan temuan hasil penelitian
BAB IV
LAPORAN HASIL
A.          Paparan Informasi/Data Terkumpul,disajikan dalam bentuk table, gambar, atau diagram.
B.          Laporan Hasil, melaporkan hasil temuannya berdasar analisis yang telah dilakukan.
C.          Pembahasan, dilakukan terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interpretasi dan evaluasi.

33.  Isi simpulan da saran hasil penelitian

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.          Simpulan, dituliskan berdasar temuan dan hasil pembahasannya.
B.          Saran, diberikan secara operasional berdasar pada temuan dan hasil pembahasan tersebut.
C.          Implikasi, dapat ditambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif dan negatifnya.
Setelah menyelesaikan subtansi dari struktur tulisan hasil penelitian sebagaimana tersebut diatas, penulis perlu membuat abstrak, yaitu ringkasan komprehensif yang mencakup rumusan masalah, teori yang relevan, metode pengumpulan informasi, informasi yang terkumpul, analisis, temuan, saran, dan implikasinya. Abstrak diupayakan singkat, cukup satu halaman ketik satu spasi, dan ditempatkan di depan tubuh uraian. Selain abstrak, karya ilmiah hasil penelitian juga memerlukan daftar sumber yang digunakan, yang berbentuk Daftar Pustaka,
Dalam kaitannya dengan hasil penelitian dapat disusun artikel penelitian untuk penerbitan. Artikel itu tersusun dalam 12-15 halaman, ketik 1,5 spasi atau 20-30 halaman ketik 2 spasi. Artikel tersebut dimuat dipublikasi dalam jurnal penelitian. Selain itu, karya ilkiah hasil penelitian biasanya hanya memerlukan suatu proposal atau usulan sebelum meneliti/menulis. Proposal itu intinya sama dengan isi Bab I, II, dan III dari Laporan Hasil Penyelidikan yang dikemas dalam struktur atau sistematika yang berbeda. Struktur atau sistematika proposal itu antara lain dapat dicermati dari tabel berikut.
Model I
Model 2
Model 3
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
3. Kerangka Pemikiran
4. Metodologi Penelitian
5. Kepustakaan
1. Latar Belakang
2. Masalah Penelitian
3. Tinjauan Pustaka
4. Tujuan Penelitian
5. Metodologi Penelitian
6. Kepustakaan
1. Masalah dan Tujuan Penelitian
2. Kerangka Pemikiran Penelitian
3. Rencana Kegiatan Penelitian
4. Kepustakaan

34.  Isi abstrak tulisan hasil penelitian
Abstrak merupakan sebuah ringkasan isi dari sebuah karya tulis ilmiah yang ditujukan untuk membantu seorang pembaca agar dapat dengan mudah dan cepat untuk melihat tujuan dari penulisannya. Di dalam dunia akademik, tulisan pendek ini digunakan oleh institusi/lembaga/organisasi pendidikan sebagai informasi awal atas sebuah penelitian ketika dimasukkan dalam jurnal, konferensi, lokakarya, atau yang sejenisnya. Dalam dunia maya (internet), sebuah abstrak digunakan sebagai gambaran singkat atas sebuah karya tulis ilmiah/penelitian untuk dibaca, sebagaimana halnya sebuah “display” model pakaian dipajang untuk dilihat atau diuji pakai sebelum dibeli. Selanjutnya, bagian lengkap sebuah penelitian dijual kepada mereka yang berminat untuk mendapatkannya.
Struktur penulisan sebuah abstrak yang terjadi saat ini menggambarkan ketidakpastian konsep atau ketidakjelasan panduan yang dimiliki tentang susunan yang jelas dari sebuah abstrak. Alasan atau pandangan atas perbedaan yang terjadi di dunia akademik tidak dibahas dalam tulisan ini karena saat ini yang lebih penting meluruskan dan atau menyamakan pandangan tentang penulisan sebuah abstrak yang baik. Penulisan sebuah abstrak harusnya memperhatikan:
1.     Struktur Paragraf.
Sebuah abstrak ditulis dalam satu paragraf yang menerangkan keseluruhan isi tulisan secara singkat dan jelas. Penulisannya tidak melakukan indensasi pada kalimat pertama paragraf. Single space adalah pilihan yang dimiliki oleh penulis untuk menyusun kalimat dalam paragrafnya. Lebih dalam, kadang seorang pembimbing Skripsi/Tesis/Disertasi mengatur hingga pada penggunaan jenis huruf dan ukuran tertentu.
2.     Jumlah kata.
Idealnya sebuah paragraf terdiri dari 150 sampai dengan 200 kata. Namun, pertimbangan jumlah kata yang paling tepat dalam penulisan Skripsi, Tesis, ataupun disertasi biasanya bergantung pada pertimbangan pandangan pembimbing (supervisor) yang mendampingi seorang mahasiswa dalam penulisannya. Seorang supervisor harusnya tidak mempertimbangkan jumlah kata sebagai acuan utama penulisan paragraf, karena bagian utama justru isi (content) paragraf.
3.     Isi paragraph.
Pada saat pembimbingan, seorang supervisor mengedepankan 4 bagian empiris dari sebuah abstrak. Pertama, indentifikasi fokus penelitian dijelaskan secara singkat agar pembaca memahami apa yang diamati oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya. Kedua, penulis perlu menggambarkan secara jelas desain penelitian yang dilakukan dalam proses pencarian jawaban atau solusi atas persoalan yang diangkat di dalam penelitiannya. Desain langkah penyelesaian masalah ini oleh mahasiswa lazim dikenal dengan istilah Metode Penelitian. Ketiga, selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil temuannya kepada pembaca. Beberapa peneliti menganggap hasil temuan yang diungkap tidak perlu mengungkap pembahasan yang dilakukan karena hal itu justru akan membuat pengulangan isi tulisan. Jelas maksudnya karena bagian pembahasan temuan penelitian juga diurai di dalam bagian kesimpulan. Keempat, perlunya bagian kesimpulan di dalam sebuah tulisan juga terlihat di dalam sebuah abstrak yang tetap mendapatkan perhatian penting sebagai bagian akhir dari paragraf. Pada bagian ini kadangkala sejumlah peneliti menyisipkan rekomendasi penelitian namun tanpa pembahasan atau uraian yang panjang. Lebih lanjut, tidaklah lazim sebuah abstrak diisi oleh nama si penulis serta para pembimbing tulisannya, apalagi hal itu ditulis dalam huruf cetak tebal.
Penulisan abstrak memang tidak bisa diselesaikan dalam satu kali penulisan. Sama halnya dengan penulisan esei (essay), penulisan abstrak juga memerlukan latihan agar bisa menciptakan hasil tulisan yang baik. Saat ini panduan penulisan menggunakan APA (American Psychology Association) style telah populer digunakan di perguruan tinggi. Meskipun panduan penulisan ini bukanlah satu-satunya panduan penulisan yang ada, APA style menjadi pilihan banyak para penulis dikarenakan pertimbangan panduan ini digunakan oleh banyak perguruan tinggi di dunia sehingga juga memundahkan penyesuaian dan penerimaannya.

35.  Menyusun penerbitan dari hasil penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang masalah, antara lain berisi hal-hal yang mendasari adanya masalah yang perlu di teliti
B.      Identifikasi masalah, berisi inventarisasi maslah-masalah yang dapat dikaji yang terkait dengan masalah yang akan diteliti dan ditulis.
C.      Pembatasan masalah,memaparkan bagaimana penulis membatasi masalah yang dianggap paling penting,menarik,urgen dan harus dipecahkan.
D.      Perumusan masalah, merupakan tindakan merumuskan masalah yang telah dibatasi tersebut biasanya dalam bentuk kalimat Tanya.
E.       Tujuan penelitian, disebutkan tujuan untuk pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan di depan
F.       Kegunaan penulisan, atau manfaat penelitian yang dikemukakan manfaat dari hasil penulisan, baik secara teoretis maupun praktis.
G.      Penegasan istilah, atau memberikan definisi operasional variable yang diteliti/diselidiki, agar tidak terjadi salah penertian di antara pembacanya tentang istilah atau konsep yang ada pada penyelidikan tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI/PUSTAKA
A.    Kajian teori, memberikan paparan teoretik yang mendasari pemecahan masalah yang sedang dikaji.
B.    Kerangka Berfikir, memberikan alur piker, penalaran logis yang mengarah pada jawaban sementara ( hipotesis) terhadap masalah yang telah dirumuskan.
C.    Pemecahan masalah, yaitu pemurusan hipotesis kerja dalam penulisan.



BAB III
METODOLOGI
A.    Metode penulisan, yang menyebutkan tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan sampling  (teknik pengambilan sampel), jenis metode yang di gunakan.
B.    Pengumpulan informasi/ data, dengan alat atau instrument apa dan bagaimana instrument tersebut dijamin validitas dan reliabilitasnya.
C.    Analisis informasi/ data, menggunakan teknik analisis apa, kalau penelitian kuantitatif biasa di guanakan teknik statistic yang sesuai ( korelasional, komparasional, regresi, uji, ANAVA. Dan lain-lain)
BAB IV
LAPORAN HASIL
A.    Paparan informasi/ data terkumpul, disajikan dalam bentuk table, gambar, atau diagram.
B.    Laporan hasil, melaporkan hasil temuannya berdasarkan analisis yang telah di lakukan.
C.    Pembahasan, dilakukan terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interpretasi dan evaluasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan, dituliskan berdasarkan temuan dan hasil pembahasannya.
B.    Saran, diberikan secara operasional berdasarkan pada temuan dan hasil pembahasan tersebut.
C.    Implikasi, dapat di tambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif dan negative.

36.  Mendokumentasikan sumber tulisan hasil penelitian
Tulisan ilmiah memerlukan dokumentasi sumber untuk mempertanggungjawabkan kebenaran informasi, data atau fakta yang di gunakan dalam menyusun tulisa. Mendokumentasi sumber tidak lain adalah membuat notasi ilmiah. dalam hal ini dapat digunakan catatan tubuh      ( sesuai dengan APA) atau catatan kaki ( mengikuti MLA). Bagaimanapun perlu diperlu dipertimbangkan tuntutan aturan selingkung yang akan mempublikasikan tulisan tersebut.

37.  Membuat daftar sumber tulisan hasil penelitian
Membuat data hasil penelitian harus melalui metode-metode pengumpulan data, antara lain :
1.       Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
·        Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
·        Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
·        Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2.           Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
3.           Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar