1.
Pengertian
antara ilmu, pengetahuan dan ngelmu
Ilmu dalam bahasa Inggris disebut
science, adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metod ilmiah atau metode
keilmuwan atau metodologi penenlitian. Jadi ilmu itu merupakan hasil
penenlitian dan karenanya bersifat ilmiah.
Pengetahuan, dalam bahasa Inggris
disebut knowledge, adlah semua hl yang diperoleh lewat indera, atau kenalan,
hasil pengalaman. Manusia mengalami dunia sekitarnya lewat indera atau alat
pengenalan. Manusia memiliki lima alat indera, yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan dan penciuman. Dengan kata lain manusia mengenali dunia
lewat melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium, yang semuanya
merupakan pengalaman atau hasil dari mengalami lewat indera.
Ngilmu, adalah suatu konsep yang berbau
kejawen, yaitu pengetahuan yang diperoleh lewat pengelaman bati. Biasanya orang
tidka mengakui ngelmu sebagai karya ilmiah karena tidak konkret, santbet dan
sebagainya. Ngilmu menjadi ilmiah ketika dikaitka dengan filsafat, yang menggunakan
metode ilmiah yaitu bermeneutik.
2.
Sumber-sumber
pengetahuan
Yang dimaksud dengan sumber pengetahuan
adalah dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh dan dipertanggungjawabkan
kebenaranya. Pengetahuan itu bersumber pada pengalaman, otoritas, penalaran deduktif,
penalaran indukatif dan metode ilmiah.
Pengalaman atau empiri merupakan hasil
mengalami, dapat berupa hasil pengamatan atau observasi, bersifat konkret,
nyata, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabka. Otoritas artinya,
kekuatan kekuasaan yang ada pada para ahli ilmu pengetahuan sehingga menjamin
kebenaran, yang implementasiya berupa penguntipan atau sifat cuplikan yang
disertai dengan catatan.
Penalaran dedukatif menjadi sumber
kebenaran pengetahuan. Metode ilmiah adalah, langkah-langkah pembentukan ilmu
yang dapat dipertanggungjawabkan, yang merupakan perpaduan dari penalaran
dedukatif dan induktif
3.
Lima
Langkah-langkah metode Ilmiah
Yang dimaksud lima lagkah dalam metode
ilmiah adalah (a) penentuan dan perumusan masalah, (b) mengajukan hipotesis,
(c) penalaran dedukatif, (d) observasi, pengumpulan data/fakta, dan analisis
(e) mendukung (menguatkan) atau menolak hipotesis.
Masalah, merupakan pangkal dan fokus
dari penyusunan karya ilmiah. Karya ilmiah disusun untuk memecahkan suatu
masalah, yaitu hal yang belum diketahui, yang ingin diketahui, yang
dipertanyakan, yang menganggu pikiran, yang merisaukan, dll. Untuk memecahkan
masalah tersebut penulisan karya ilmiah perlu mengajukan dengan jawaban
sementara. Untuk itu diperlukan penalaran dedukatif, dari teori-teori yang ada
disimpulkan sebagai jawaban sementara (khusus) melalui kerangka berpikir.
Setelah itu penulis melakukan observasi dan menganalisis yang biasa disebut
sebagai meneliti atau penelitian. Hasil dari observasi dan menganalisis itulah
yang akan menjadi bukti empiris yang dapat mendukung atau menolak hipotesis
yang telah diajukan.
4.
Masalah
tentang fokus dri tulisan Ilmiah
Masalah adalah hal yag belum diketahui,
yang ingin diketahui, yang dipertanyakan, yang menganggu pikiran, yang
merisaukan, yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai antar kenyataan dan
idealnya. Penulisan karya ilmiah selalu berangkat dari masalah, bila tidak ada
masalah tidak perlu ditulis karya ilmiah. Maka biasanya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan.
5.
Gambaran
alur metode ilmiah
Seluruh
proses metode ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di muka dapat digambarkan
dalam diagram alur sebagai berikut
KHUSUSU
|
DATA
|
TEORI
|
UMUM
|
TEORI
|
UMUM
|
KHUSUSU
|
FAKTA
|
Logika Dedukatif Logika
Iduktif\
KHUSUSU
|
6.
Konsep
karya ilmiah
Sebelum menulis
suatu karya ilmiah sebaiknya memahami beberapa konsep karya ilmiah dan
pengertiannya sebagai berikut:
a.
Tulisan, karya ilmiah
yang disusun berdasarkan karangan dan pernyataan gagasan orang lain. Orang yang
menghasilkan tulisan tersebut penulis. Penulis hanya mengkomplikasikan
(meringkas dan menggabungkan) berbagai informasi sedemikian rupa
sehinggatersusun sebuah paparan baru yang utuh.
b.
Karangan, adalah suatu
ciptaan, mengadakan sesuatu yang belum pernah ada. Orang yang menghasilkan
karangan disebut pengarang. Perhatikan bedanya dengan penulis. Ciptaan yang
dimaksud bukan fiksi atau khayalan, melainkan fakta, peristiwa, gejala,
pendapat, gagasan yang bukanfantasi, jadi bersifat ilmiah.
c.
Ilmiah, sifat yang
dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah atau keilmuan. Ilmiah tidak selalu
hasil penelitian, melainkan tulisan yang disajikan secara mendalam sebagai
hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Cirri tulisan ilmiah adalah obyektif,
mendalam, logis, didukung data-data atau informasi. Keilmiahan akan hilang
manakala penulis hanya mengemukakan teori, data, fakta, atau informasi yang
telah diketahui umum, misalnya buku pelajaran.
d.
Seminar, pertemuan
bidang ilmu tertentu yang diselenggrakan untuk menjernihkan
pengertian-pengertian yang masih kabur atau ditafsirkan secara salah.
Contohnya, seminar proposal, seminar hasil penelitian, seminar kenakalan
remaja, dalam hal mana masih terdapat sesuatu yang dapat ditafsirkan secara
berbeda-beda.
e.
Symposium, suatu
kegiatan atau pertemuan ilmiah untuk menemukan saran-saran kebijakansanaan yang
diperlukan oleh pejabat. Symposium tidak terbatas pada satu bidang ilmu
tertentu melainkan bersifat
multidisiplin.
f.
Lokakarya atau
workshop, seperti symposium, dengan tujuan memperbicangkan dan mengambil
putusan tentang program kerja tertentu, contoh: lokakarya menyusunkurikulum,
program, pembangunan, dan lain-lain.
g.
Konperensi, pertemuan
seperti symposium yang biasanya dilakukuan para pejabat dan petugas eksekutif
di luar kalangan ilmuan, untuk mengumpulkan pandapat sebelum melakukan tindakan
kebijakan. Pertemuan yang senada dengan konperensi adalah: rapat kerja, rapat
dinas, rapat teknis ( bagi instansi pemerintah ), musyawarah kerja ( bagi
organisasi nonpemerintah ) dank ogres ( bagi organisasi politik atau
perkumpulan profesi).
h.
Makalah, istilah dari
bahasa arab yang berarti karangan. Makalah sering disamakan dengan paper.
Makalah adalah karangan yang diseminarkan, sedangkan paper tidak diseminarkan,
hanya berupa kertas kerja sebagai hasil tugas yang berupa kumpulan.
i.
Paper, sehingga sering
disebut term paper, research paper, yaitu semacam gas akhir pada tingkat
sarjana muda (dulu), untuk meraih gelar
BA ( Bacbelar of Art ) atau BSc, ( Bacbelsr of Science), tugas itu
dilaksanakan dengan membuat tuliasan ilmiah menggunakan beberapa buku sumber
dan dipertahankan dalam suatu tujuan.
j.
Risalah, merupakan
semacam tugas akhir untuk mahasiswa tingkat balalaureat (tahun-tahun pertama di
perguruan tinggi ). Tugas tersebut berupa meringkas sebuah buku ilmiah dalam
bidang ilmu tertentu, tidak untuk ujian
k.
Technical report,
berisi hasil studi minor, yang lebih dikenal dengan sebutan skripsi, yaitu
tulisan yang disusun sebagai hasil riset, merupakan salah satu syarat mendapatkan
gelar sarjana (dulu Drs= Doctorandus, artinya “ yang berhak mendapat gelar
doctor” sekarang S.Pd= Sarjana pendidikan , ST= Sarjana Teknik, dan
seterusnya).
l.
Tesis, tulisan tentang
studi mayor, sebagai tugas akhir tingkat Magister Sains, sekarang menjadi tugas
akhir mahasiswa sastra dua (S-2) dengan gelar M.Pd ( Magister Pendidikan ), M.M
( Magister manajemen), M.Si ( magester Sains), M.Psi ( magister psikologi), dan
lain-lain.
m.
Disertasi, tulisan
hasil riset ilmiah, sebagai tugas akhir tingkat strata tiga (S-3), untuk meraih
gelar Doktor. Dulu untuk meraih gelar doctor tidak perlu kuliah (S-3) melainkan
melakukan penelitian dan mendaftar ujian pada universitas yang terkait dengan
disiplin ilmunya.
n.
Artikel, adalah tulisan
yang biasa di majalah. Artikel ilmiah dimuat di majalah ilmiah. Bila artikel
tersebut berasal dari hasil penelitian dimuat dijurnal penelitian. Biasanya
jurnal atau majalah ilmiah mensyaratkan jumlah halaman dengan tata tulis
tertentu ( gaya selingkung), biasanya 12-15 halaman kuarto ketika 1,5 spasi
atau 15-20 halaman kuarto ketik 2 spasi, bahkan harus ditulis dengan jenis
huruf dan ukuran tertentu ( biasanya times new roman 12).
o.
Penerbitan, merupakan
sejenis artikel yang ditulis sebagai laporan hasil penelitian, berfungsi
sebagai publikasi temuan atau hasil penelitian yang biasa di muat dalam jurnal
penelitian.
p.
Absrak, merupakan inti
sari atau ringkasan laporan penelitian, di batasi maksimal tiga halaman,
ditempatkan di depan tulisan dengan maksud agar sebelum membaca seluruh tulisan
sudah membaca lebih dulu ringkasannya.
7.
Penggunaan
bahasa Indonesia baku dalam menulis karya ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji
suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yaitu
menggunakan metode ilmiah di dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya
dengan menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan
prinsip-prinsip keilmuan yang meliputi: bersifat objektif, logis, empiris,
sistematik, lugas, jelas, dan konsisten. Sesuai dengan ciri-ciri tersebut,
tulisan yang termasuk dalam jenis karya ilmiah di antaranya ialah: makalah (paper),
artikel ilmiah, laporan akhir, dan laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis,
dan disertasi). Dari pengertian tersebut jelas sekali bahwa sebuah tulisan
ilmiah harus memenuhi kriteria keilmiahan tertentu serta kriteria kebahasaan
yang tertentu pula.
Sifat objektif, logis, sitematik, lugas, dan jelas dalam
sebuah karya tulis ilmiah dapat dicapai hanya dengan bahasa yang tepat. Isi
atau gagasan yang sangat bagus jika disampaikan dengan bahasa yang kurang tepat
atau kurang bagus akan berakibat pada kurangnya pemahaman pembaca terhadap ide
atau gagasan yang disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, faktor bahasa
dalam karya ilmiah menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk
dipersiapkan.
Untuk mencapai kualitas tulisan ilmiah yang baik khususnya dilihat
dari segi bahasanya, perlu kiranya dipahami bahwa bahasa Indonesia dalam karya
ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dari karya tulis
nonilmiah. Terdapat beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal penggunaan
bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Menurut Suwito (1982) bahasa
tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan kata dan
peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf
baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya bahasanya
menarik
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca,
pemilihan kata atau istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena
konteksnya adalah penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta pemilihan
istilah Makalah
harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku. Selain itu pemilihan
kata atau istilah juga menyangkut pemilihan berdasarkan ketepatannya dalam
mengantarkan gagasan yang dimaksud oleh penulis. Berkaitan dengan pemilihan
kata atau istilah yang tepat ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika menulis karya ilmiah yaitu:
Menggunakan Kata-kata dan Istilah yang Baku
Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai
adalah kata-kata yang baku yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan
yang sudah ditetapkan. Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata
yang baku dan mana kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta buku-buku pedoman lain
yang menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa.
8.
Kalimat
bahasa Indonesia dengan baik dan benar
Karya
tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang tepat
juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca
(Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan
beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. keutuhan, kesatuan,
kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur,
b. kesejajaran bentuk
kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,
c. kefokusan pikiran
sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan
unsur kalimat,
e. kecermatan dan
kesantunan, dan
f.
kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.
9.
Istilah-istilah
dalam bahasa Indonesia secara baik dan benar
Adapun berkaitan dengan penggunaan
istilah, menurut kaidah pembentukan istilah, sumber yang dipakai sebagai
pembentuk istilah dapat berupa kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa
serumpun, dan kosakata bahasa asing. Pembentukan kosakata dari ketiga sumber
tersebut harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa Depdiknas, 2004). Hal ini agar standarisasi dalam hal
istilah tetap terjaga serta perkembangan bahasa dapat terkendali secara sehat.
Kosakata bahasa Indonesia yang dapat
dijadikan istilah harus memenuhi syarat seperti: 1) Kata yang dengan tepat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan; 2)
Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama seperti ”gulma”
dibandingkan dengan “tanaman pengganggu” atau “suaka politik” dibandingkan
dengan “perlindungan politik”; 3) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi)
buruk dan yang sedap didengar (eufonik), seprti “tunakarya” dibandingkan dengan
“penganggur”. Demikian juga jika sumber istilah berasal dari bahasa serumpun,
pembentukan istilah harus memenuhi persyaratan tersebut contoh kata-kata
seperti: gambut (Banjar), nyeri (Sunda).
Jika sumber istilah dari bahasa asing,
pembentukan istilah dapat dilakukan dengan cara 1) menerjemahkan contoh: samenwerking
yang berarti “kerjasama” atau network yang artinya “jaringan”, 2)
menyerap yaitu jika memenuhi syarat-syarat berikut: istilah serapan lebih cocok
karena konotasinya, lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya, atau dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimnya, dan menyerap sekaligus menerjemahkan kata
asing.
Berikut ini adalah contoh istilah
serapan yang diambil dengan atau tanpa pengubahan yang berupa penyesuaian ejaan
dan lafal.
Istilah Asing
|
Istilah Indonesia yang
Dianjurkan
|
Istilah Indonesia yang
dijauhkan
|
Urine
amputation
horizon
energy
oxygen
|
urine
amputasi
horizon
energi
oksigen
|
kencing
pemotogan (pembuangan)
anggota badan
kakilangit; ufuk cakrawala
daya; gaya; tenaga; kekuatan
zat asam
|
10.
Beberapa
kekeliruan dalam pemakaian kata-kata bahasa Indonesia
Ada beberapa kekeliruan yang sering terjadi berikut
ini :
a.
Kata penghubung
sebagai awal kalimat: sehingga, sedangkan, walaupun dan lain-lain
b.
Pemakaian dari
“pada” kesimpulan dari pada tulisan ini adalah
c.
Where danof,
langsung diterjemahkan menjadi dimana dan dari
d.
Tidak membedakan
awalan di dan ke dari kata depan did an ke, bandingkan: di Indonesia, ke depan
dan kedelapan, dan masih banyak yang lain.
11.
Jenis
kertas, ukuran dan warna dalam penulisan karya ilmiah
Tulisan ilmiah biasa
menggunakan kertas berukuran kuarto 21 cm x 28 cm. warna kertas putih,
sedangkan untuk sampul menyesuaikan tuntutan gaya selingkung dimna tulisan itu
akan dipublikasikan. Jenis kertas HVS 80 gram, tidak ditulis bolak balik ( satu sisi saja ) sedangkan sampulnya
menggunakan kertas buffalo.
12.
Mengetik
karya ilmiah dengan baik dan benar, yang terkait dengan jenis huruf, batas
pengetikan, isi ruang, angka, spasi, perjudulan dan alenia
Yang harus diperhatikan dalam pengetikan ada yang
hal-hal sebagai berikut :
a.
Jenis huruf pica
( 10 huruf dalam 1 inci )atau Times New Roman 12.
b.
Batas pengetikan
: 4 cm atas, 4 cm kiri, 3 cm kanan, dan 3 cm bawah, biasanya sudah ada dalam
program computer.
c.
Diusahakan
seluruh ruang terisi, jangan ada ruangan yang kosong yang tidak perlu. Hal ini
biasanya terjadi bila tulisan menggunakan sistem penomoran kebawah dan kekanan
yang berurutan. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan menggunakan
sistem alinea, dengan uraian yang mengalir tanpa nomor, bila harus menggunakan
nomor dapat ditempatkan didalam tubuh uraian, bukan dideret ke bawah.
d.
Perhatikan
pengetikan angka satuan : sepuluh orang ; tahun 2009 ; 5,5 km dan lain lain.
e.
Tulisan ilmiah
biasanya menggunakan spasi 1,5 atau 2, bukan spasi 1.
f.
Perhatikan
pengetikan judul, sub judul, anak sub judul, sub anak sub judul, dan alinea
baru; sesuaikan dengan aturan atau gaya selingkung tempat tulisan ilmiah akan
dipublikasikan.
13.
Beberapa
sistem peomoran dan letaknya yang terkait dengan judul, tabel, gambar, lampiran
dan rumus
· Sistem penomoran
a. Biasa dikenal dua sistem penomoran dalam penulisan
karya ilmiah:
I 1.1. 1.2. 1.3. dst.
II 2.1. 2.2. 2.3. dst.
III 3.1. 3.2. 3.3. dst.
I A. 1. a. 1) a) (1) (a)
II A. 1. a. 1) a) (1) (a)
III A. 1. a. 1) a) (1) (a)
b.
Sistem penomoran
judul dan letaknya
I JUDUL BAB
A. Sub judul
1. Anak sub judul
a. Sub anak sub judul
1) ……………………………………………….
a)
…………………………….……….…….…
1)
………………………………….………
a)
………………….……………………
|
c.
Sistem penomoran
judul dan letak menurut APA (American psychological Association
BAB III
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Ekspirimen 1
............................................................................................................
……………………………………………………………………….
1. Metode
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
a.
Materi
…………………………………………………………...
……………………………………………………………………
1)
…………………………………………………………..
……………………………………………………………………
|
a.
Nomor halaman
1)
Bagian awal
dengan nomor : i, ii, iii, iv, v, vi, dst. Ditempatkan pada tengah atau sudut
kanan bawah halama, untuk nomor halaman judul tidak ditulis tetapi tetap
dihitung sebagai urutan.
2)
Abstrak,
ditempatkan di depan bagian awal, dengan nomor : (1), (2), (3), ditengah bawah.
3)
Bagian utama,
menggunakan nomor: 1, 2, 3, di sudut kanan atas.
b.
nomor tabe,
gambar, lampiran, dan rumus
1)
Tabel,
gambar Lampiran, diberi nomor angka Arab
: 1, 2, 3, dst. Contoh :
Table 6 : ……………………………………………………
Gambar 15: …………………………………………………
Lampiran 37: ……………………………………………….
2). Rumus diberi
nomor dalam kurung, ditempatkan dekat batas kanan contoh :
Y = a + bX1 + cX2 (4)
·
Tabel dan gambar
a.
Tabel
Judul table harus singkat dan jelas, tetapi tidak
terlalu singkat juga karena terlalu panjang. Table diupayakan berada pada satu
halaman, tidak terbelah, kecuali tidak memungkinkan untuk dijadikan satu
halamn. Yang masuk dalam table hanya hal-hal yang penting saja. Bila tidak
sangat perlu hendaknya dihindari pemakaian garis vertical. Judul dan nomor
table ditempatkan diatas table. Berikut ini contohnya.
Contoh
judul table :
1.
Judul terlalu
singkat : hubungna antar metode dan prestasi Judul table tersebut kurang
menjelaskan metode apa dan prestasi apa.
2). judul table
terlalu panjang : angka rata-rata prestai belajar pancasila mahasiswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan metode
resitasi
3). Yang lebih
baik : nangka rata-rata prestasi mahasiswa dengan beberapa macam metode.
Contoh tabel :
Tabel 17 : Jumlah Siswa SMP Dewantara 2009
Kurang baik :
Kelas1 kelas
2 kelas 3
Tabel 17
Jumlah Siswa SMP Dewantara 2009
Lebih baik :
Kelas
1 2 3
b.
Gambar
Yang dimaksud
gambar dalam tulisan ilmiah mencakupi: grafik, diagram, peta, foto, gambaran,
dan lain-lain. Sebagaimana tabel, gambar seharusnya masuk dalam satu halaman,
diupayakan jangan sampai dipenggal. Gambar yang dibuat dengan tinta hitam lebih
baik dari pada yang dibuat dengan kompoter. Berbeda dengan tabel, judul dan
nomor gambar ditempatkan dibawah gambar.
Berikut ini contoh sebuah grafik :
REKTOR
|
WAKIL
REKTOR KEUANGAN
|
WAKIL REKTOR
KEMAHASISWAAN
|
WWAKIL
REKTOR AKADEMIK
|
Gambar
5 : Struktur Organisasi Rektorat Diperguruan Tinggi
14.
Sistem
notasi APA dan MLA
Dalam penulisan ilmiah dikenal dua kelompok
notasi ilmiah, yang keduanya berasal dari tradisi penulisan ilmiah di Amerika,
yaitu
Kelompok ahli psikologi yang membentuk
organisasi APA (American Psychological
Association) yang terkenal dengan notasi catatan tubuh (Body Note)
Kelompok ahli bahasa, dengan organisasinya
MLA (Modern Language Association),
yang terkenaldengan notasi catatan kaki (foot
Note).
Kedua kelompok notasi tersebut tersebar
keseluruh dunia dan diadopsi npara ahli ilmu dengan menyesuaikan dan
pengembangan sehingga timbul berbagai variasi dengan payung/legalisasi aturan
atau gaya selingkung.
15.
Menerapkan
teknin notasi ilmiah secara benar, yang meliputi: kutipan langsung, tidak
langsung, catatan tubuh, catatan kaki, catatan belakang
Kutipan adalah Pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang,
baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau bentuk tulisan
lainnya, maupun dalam bentuk lisan. Kutipan sering kita pakai dalam penulisan
karya ilmiah. Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan
yang tidak/belum menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan
pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat
umum.jadi,pendapat pribadi tidk perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam
mengutip kita harus menyebutkan sumbernya.Hal itu dimaksudkan sebagai
pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip,dan sebagai
pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.
kutipan
Langsung
Contoh :
*“Ada
informasi pesan singkat yang menyesatkan. Kami akan selediki terus karena
sumbernya sudah ada,” kata Kepala Bidang (KABID) HUMAS Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Jakarta, sabtu (6/3)
*Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat
kecenderungan semakin banyak ’campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah
tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Soebroto,
1990:23)
*“Dan
di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk meraih ridha Allah SWT.
Dan adalah Allah Maha Penyantun terhadap hamba hamba-Nya”. (Al-Baqarah:207).
*Menurut
Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi adalah
suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang
lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara.
* “Gerak
manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata ,
tangan, atau bagian tubuh lain . . . yang termasuk gerak manipuatif antara lain
adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim,
1995:315).
kutipan Tidak Langsung
Contoh :
*Dalam karangannya, lembaga tersebut
kembali memperjelas bahwa panggalian tersebut hanya beberapa puluh meter dari
masjid Al-Aqsha, dan semakin hari penggaliannya akan semakin di tingkatkan
hingga mencapai kedalaman 10 meter, sampai ke area masjid Al-Aqsha
(Eramuslim.com,16/3/2010)
*Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan tidak ada intervensi dalam pengusutan
kasus Bank Century yang diduga terindikasi pelanggaran tindak pidana korupsi
(Republika, Ahad 7 Maret 2010 halaman 1 ).
*Dalam komunikasih sehari-hari kita menggunakan suatu media yang di
sebut bahasa sebagai alat berkomunikasi “bahasa adalah sebuah sistem, bahasa
itu di bentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan di
kaidahkan” (Surip dkk., Bahasa
Indonesia, 2008:80).
*Seperti
dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan
yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis
bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis.
Catatan tubuh, ditulis dalam tanda kurung langsung setelah kutipan dengan isi :
a.
Nama penulisan (nama akhir saja)
b.
Tahun : nomor halaman
Contoh : (Soegeng Ysh, 2006: 120)
Bila penulisan dua atau tiga orang, ditulis nama akhir
semua penulis :
Contoh : (Soegeng Ysh., Kusdaryani, dan Trimo, 1990: 25)
Bila
penulis lebih dari tiga orang hanya ditulis nama akhir penulis pertama diikuti dkk, atau et al :
Contoh : (sudharto, dkk, 2009: 192)
Catatan kaki, ditempatkan di kaki (bawah) uraian setiap
halamdenganb nomor urut setiap halaman atau setiap bab.
Contoh
: 1. ‘George McTurnan kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia
(Ithaca and London: Cornell University, 1951), p. 123
Contoh
: 2. ‘A. Teeuw, “Tentang Priyayi :
Sastra dan Sejarah”, Dalam T. IbrahimAlfian dkk. (editor), dari Babad dan
Hikayat Sampai Sejarah Krisi, Kumpulan karangan Prof. Dr. Sartono
Kartodirjo (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1987), PP, 11-12.
Catatan belakang, pada dasarnya sama dengan catatan kaki, dikumpulkan secara urut dari
yang pertama hingga terakhir (tidak disusun menurut abjad), ditempatkan di
belakang seluruh tulisan atau Bab, sebelum Daftar Pustaka. Dalam hal ini ada
penulis yang merasa tidak perlu lagi ada Daftar Pustaka.
16.
Teknik
ibid, loc.cit dan op.cit
Dalam notasi catatan kaki sering digunakan
singkatan: Ibid, Lac, cit,. dan Op.cit Ibid, singkatan dari ibidem, artinya dari sumber yang ada di
atas persis. Loc, Cit,. singkatan
dari Loco citato (loco = tempat, citato = kutipan), artinya kutipan dari
penulis yang samayang telah disebut sebelumnya, pada halaman atau tyempat yang
sama pula. Op. Cit, singkatan dari Opo Citato, artinya kutipan dari penulis
yang sama yang pernah disebut sebelumnya tetapi pada tempat atau halaman yang
berbeda; maka Op, cit . selalu
diikuti nomor halaman.
17.
Daftar
pustaka secara benar
Daftar Pustaka, adalah semua buku, sumber, atau pustaka yang dipergunakan dalam
tulisan ilmiah. Semua sumber yang dikutip harus ada dalam Daftar Pustaka, dan
sebaliknya, yang ada dalam Daftar Pustaka harus muncul dalam uraian. Daftar
Pustaka disusun menurut urutan abjad (alfabetis), diketik satu spasi ke bawah;
antar pustaka diberi jarak 1.5 spasi. Bila terdapat sumkber yang sama
penulisnya, diurutkan berdasarkan terbit, nama penulis diganti dengan garis
lurus di sepanjang 1.5 ketikan untuk menunjukkan sama dengan nama di atasnya.
Ada banyak penulisan Daftar Pustaka, perhatikan :
Contoh : Kerlinger, FN, 1976, Foundations of
Behavioral Recearch. New York: Holt,
18.
Langkah
besar dalam meulis karya ilmiah
Menulis
karya ilmiah meliputi lima langkah kegiatan, yaitu :
1.
Menetapkan topic atau
pokok bahasan
Untuk dapat menetapkan
topic secara tepat perlu melakukan klarifikasi tugas, dengan mengajukan
beberapa pertanyaan
2.
Mengumpulkan informasi
Sumber informasi adalah
suatu yang penting dalam kegiatan menulis, maka dari itu harus di pertimbangkan
terlebih dahulu tentang ketersediaan informasi. Sumber informasi ini dapat
berupa : nara sumber, pustaka, internet, faktor kebetulan, inspirasi dan
aspirasi.
3.
Merencanakan tulisan
Merecanakan
tulisan dapat dilakukan sejak masih dalam pengumpulan data/informasi. Rancangan
tulisan dapat dibuat garis besarnya yaitu: pendahuluan, pembatasan dengan
beberapa sub topic dan kesimpulan.
4.
Menulis
Setelah
selesai membuat garis beras maka rancangan dapat segera ditulis. Dalam waktu
menulis sebaiknya mencari waktu yang luang dan tenang, sedapat mungkin tidak
terputus ditengah jalan karena harus mengerjakan hal lain yang lebih mendesak.
Apa yang sedang ditulis perlu mendapatkan inspirasi dan aspirasi.
5.
Mendokumentasi sumber
Karya
ilmiah perlu memeerlukan dokumentasi sumber untuk mempertanggung jawbkan
kebenaran informasi, data, atau fakta yang digunakan dalam menyusun tulisan
19.
Mengklarifikasi
tugas sebelum menulis
a.
Mengapa saya menulis
Pada
dasarnya menulis itu untuk menemukan suatu kebenaran, menjawab pertanyaan atau
untuk memecahkan suatu masalah. Sedangkan dalam menulis karya ilmiah pada
mulanya berangkat dari suatu masalah yaitu suatu yang merisaukan, yang belum
diketahui dan ingin diketahui, kesenjangan atau perbedaan antara yang
seharusnya dan kenyataan yang ada.
b. Siapa
yang akan membaca
Penulis
perlu dalam mempertimbangkan siapa yang akan membaca atau siapa audiennya.
Dengan demikian tulisan perlu diselaraskan dengan tingkat kemampuan,
perkembangan dan selera pembaca.
c. Kekhususan
apa yang dapat ditemukan
Kekhususan yang terkait
dengan, (1). Pentingnya masalah yang akan ditulis, merupakan hal baru yang
belum pernah ditulis oleh orang lain maka menjadi menarik, penting dan berarti,
(2). Tuntutan gaya selingkung, yang meliputi : panjang tulisan atau jumlah
halaman, spasi, format, gaya dokumentasi.
d.
Kapan batas akhirnya
Batas
akhir penulisan bisa ditentukan kapan berakhir dengan membuat jadwal terlebih
dahulu, sebaiknya jadwal ditempatkan ditempat yang strategis yang setiap saat
bisa dibaca dan mudah diingat, jika
penulisan tersebut dilakukan tergesa –gesa maka hasilnya nanti tidak akan baik
20. Memilih topik tulisan
secara tepat
Menentukan
topic, sebaiknya topic dipilih yan menarik, yang actual, dan dapat atau mudah
dicari sumber atau informasinya. Dalam menentukan topic perlu dihindari yaitu:
(a). yang bersifat emosional, biasanya yang terkait dengan agama dan
kepercayaan, (b). yang terlalu umum luas kompleks, (c). yang sulit ditemukan
sumber informasinya, terkait dengan waktu, dana, izin, dan lain –lain.
21. Menemukan sumber
informasi yang dapat digunakan untuk menulis
Di bawah ini merupakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam
penyusunan karya ilmiah. Sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari sumber
berikut, antara lain:
a. Manusia
Sebagai sumber, manusia dapat
dimintai informasi secara tertulis atau lisan. Bila secara tertulis dan
langsung, bisa dimintai dengan menulis berbagai macam data dan informasi dengan
bentuk tulisan. Bilasecara tidak langsung, melalui pembacaan karya tulisnya.
Secara lisan, seseorang bisa dimintai informasi dengan langsung menghubunginya
dengan berinteraksi dan berdiskusi secara pribadi, melalui ceramah, panel, dsb.
b. Organisasi
Sebagai sumber informasi, organisasi
ini biasanya bekerja sebagai badan yang khusus atau lembaga yang mengkhususkan
diri di dalam bidang yang bersangkutan.
c. Literatur
Sumber informasi ini biasanya
diperoleh melalui publikasi dari media cetak yang terbaca dengan jelas
(legible), atau bentuk mikro yang macamnya sangat majemuk.
d.
Jasa Informasi
Di era globalisasi ini, perkembangan informasi sangat mudah diperoeh,
sumber ini memberi peluang untuk memberikan pelayanan informasi yang tingkatnya
global. Dengan terbukanya informasi pada tingkat global seperti sekarang ini,
seseorang dengan mudah mendapat informasi dari penyedia jasa informasi.
22. Mengambil catatan secara
baik dan benar
A.
Kutipan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari
seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, dan sumber
lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan digunakan untuk
mendukung argumentasi penulis.
Terdapat dua jenis kutipan:
a.
Kutipan langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak
mengadakan perubahan sama sekali.
b. Kutipan tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan
menguraikan inti sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya
bahasa penulis sendiri
B.
Sumber Kutipan (Referensi).
Terdapat
dua model pencantuman referensi:
a.
Catatan tubuh (bodynote), dilakukan ketika penulis mencantumkan sumber kutipan
langsung setelah selesainya sebuah kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
b.
Catatan kaki (footnote), dilakukan apabila penulis mencantumkan nomor indeks di
akhir sebuah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki
halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan
tersebut.
C.
Catatan Kaki
Ditempatkan dikaki (bawah) uraian
setiap halaman dengan nomor urut setiap halaman atau setiap bab.
Contoh
: George Mc Turnan Kahin, Nationlism an Revolution in Indonesia (Ithaca
and London : Cornell University Press,
1951) , p.123
Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki
1) Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem
yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila
referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor
sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup
ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan
nomor halamannya.
2) Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato
yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi
yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit.
khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku
3)
Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato
yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan
berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi,
internet, atau lainnya.
D.
Teknik Menggunakan Catatan Tubuh
1.
Terdapat
dua cara menuliskan catatan tubuh:
a)
Nama
penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan
setelah selesainya sebuah kutipan. Jika
kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah
kurung tutup catatan tubuh.
Contoh: Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di
antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis,
yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
b)
Nama
penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara
tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan.
c)
Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di
antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis,
yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat.
E.
Catatan Belakang.
pada
dasarnya sama dengan catatan kaki, dikumpulkan secara urut dari yang pertama
hingga akhir 9tidak disusun menurut abjad) , ditempatkan dibelakang seluruh
tulisan atau baba, sebelum daftar pustaka. Dalam hal ini ada penuls yang merasa
tidak perlu lagi ada daftar pustaka.
F.
Daftar pustaka
Adalah semua buku,
sumber atau pustaka yang dipergunakan dalam tulisan ilmiah.
23.
Menghindari
plagiatisme
1.
Kejujuran
pada diri seorang penulis.
Kejujuran
merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan membangun
kebenaran ilmiah sangat diperlukan kejujuran. Kejujuran merupakan nilai
nurani (lubuk hati yang paling dalam) yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat,
tetapi bisa ditempa melalui pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya
dengan ilmu pengetahuan.
2.
Pengakuan
terhadap karya orang lain.
Pengakuan terhadap karya orang lain yang
dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis
karena hal ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengakuan terhadap karya orang lain dapat
terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang dituangkan dalam isi
tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan pada kata pengantar maupun
sanwacana.
3.
Meningkatkan
peran pendidik dalam mencegah plagiarisme.
Pendidik dalam segala tingkatan institusi
pendidikan memiliki kewajiban membimbing anak didiknya dalam segala aspek
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulumnya. Seorang pendidik
yang diberi tugas pimpinan untuk membimbing anak didiknya dalam penulisan karya
tulis ilmiah atau skripsi harus menjalankan peranannya secara baik dan penuh
tanggung jawab.
Peranan
seorang pembimbing sangat banyak, antara lain:
a.
memberi ide penelitian atau karya
tulis ilmiah ketika siswa yang dibimbingnya tidak mempunyai ide yang sesuai
dengan bidangnya,
b. memberikan
arahan tentang garis besar atau kerangka isi karya tulis ilmiah yang akan
dibuat,
c.
membimbing tata cara penulisan dan
metode penelitian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
d. membimbing
cara pengolahan dan penyajian data yang akan dituliskan dalam karya tulis
ilmiahnya,
e.
memberikan arahan tentang
interpretasi serta pembahasan data yang telah diperoleh,
f.
membaca secara teliti semua yang
dituliskan bimbingannya dalam karya tulis ilmiah,
g. memberikan
masukkan atau koreksi terhadap segala kekurangan yang dijumpai pada karya tulis
bimbingannya mencakup kaidah penulisan kalimat, cara merujuk suatu sumber
pustaka, dan kaidah keilmuan,
h. memberikan
teladan atau contoh yang baik dan benar berkaitan dengan pembuatan karya tulis
ilmiah.
Pendidik harus
lebih mengetahui tentang ketentuan yang dimaksud agar mahasiswa bimbingannya
bisa terdidik dengan lebih baik lagi.
-
Meningkatkan
peran pemeriksa karya tulis ilmiah dalam mencegah plagiarisme.
Pemeriksa karya tulis ilmiah bertugas untuk memeriksa
kelayakan karya tulis dalam berbagai aspek, misalnya: kelayakan bidang ilmu
(baik relevansi bidang ilmu maupun mutu isinya), kelayakan format, dan
kebahasaan termasuk kaidah pengutipan yang benar. Pemeriksa karya tulis
ilmiah harus benar-benar memeriksa/membaca karya tulis ilmiah yang ditugasi
kepadanya, baik karya tulis ilmiah untuk kenaikan pangkat para guru, para
dosen, para peneliti, maupun untuk dipublikasi. Pemeriksaan yang
dilakukan secara cermat namun tidak bermaksud menghambat karir seseorang sangat
efektif dalam mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis ilmiah.
Pada bagian ini, keteladanan juga sangat diperlukan terutama bagi para
pemeriksa karya tulis ilmiah agar plagiarisme tidak terjadi pada paper, kertas
kerja, makalah seminar (proseding seminar), makalah workshop, ataupun pada
makalah jurnal/buletin.
-
Menyebarkan
informasi hasil penelitian dan karya tulis lainnya melalui publikasi dalam jurnal ataupun buletin ilmiah.
Publikasi tersebut dimaksudkan untuk menyebarluaskan
informasi perkembangan IPTEKS melalui karya tulis ilmiah agar memperkaya
kasanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat, agar bisa dijadikan bahan pustaka
bagi para peneliti dan akademisi, agar bisa dilakukan kajian/penelitian lebih
lanjut oleh ilmuwan yang memiliki minat bidang ilmu yang sama. Jika para
pembaca mengerti maksud dan tujuan publikasi karya tulis ilmiah serta
memanfaatkannya dengan benar sesuai dengan maksud dan tujuan tadi, maka
plagiarisme dapat ditekan. Keteladanan para penulis kelas kaliber justru
sangat diperlukan agar plagiarisme tidak terjadi pada karya tulis ilmiah yang
dipublikasi dalam jurnal/buletin.
24.
Merencanakan
tulisan
Dalam menyusun sebuah karangan ilmiah terdapat
berbagai faktor yang harus diperhatikan sebelum membuat sebuah karangan ilmiah.
Berikut ini adalah pembahasan mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam membuat sebuah karangan ilmiah
A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik yang tepat, akan menunjukan tingkat
cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya,
akan mempengaruhi minat pembaca apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak
untuk dibaca.
B. Pembahasan Topik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
pembahasan topik :
·
menampilkan informasi latar
belakang,
·
menampilkan ringkasan hasil/temuan
penelitian,
·
memberikan komentar apakah hasil
penelitian sesuai dengan hipotesis,
·
menghubungkan dengan hasil penelitian
terdahulu,
·
menjelaskan hasil yang diperoleh,
terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan,
·
membuat generalisasi dari hasil yang
diperoleh (implikasi).
·
memberikan rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.
C. Pemilihan Judul
Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah
hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang
akan ditulis. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:
1) Topik yang
diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara
akademik dan secara praktis.
2) Belum banyak
diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil
sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
3) Diungkapkan
dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent
variable dan dependent variable-nya.
4) Judul harus
dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
5) Sebaiknya
judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian
diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.
D. Menentukan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang
informasi apa saja yang akan dicari dan perlu didalami melalui penelitian
tersebut. Pada hakikatnya tujuan penelitian mencakup beberapa atau salah datu
hal berikut ini :
1) Menambah
struktur pengetahuan.
2) Mengembangkan
metode penelitian.
3) Menghasilkan
informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan formulasi kebijakan.
4) Mengevaluasi
program.
5) Meramalkan
perilaku individu ataupun kelompok.
E. Menentukan Kerangka Karangan
(Outline)
Di dalam bahasa Indonesia untuk membuat suatu
penulisan ilmiah harus membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar
penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena
kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan
sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan
menjadi pokok tulisan.
1.
Penyusunan outline (kerangka
karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah
dan pola logis.
2.
Macam–macam outline ( kerangka
karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan
teksnya.
3.
Syarat outline ( kerangka karangan )
yang baik adalah sebagai berikut :
·
Tesis atau pengungkapan harus jelas.
·
Tiap unit hanya mengandung satu
gagasan.
·
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis, sehingga rangkaian ide jelas.
·
Harus menggunakan simbol yang
konsisten.
F. Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah
1.
Pemilihan Topik/Masalah Untuk Karya
Ilmiah Pemilihan topik untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara merumuskan
tujuan, menentukan topik dan melakukan penelusuran terhadap topik tersebut.
Dengan melakukan ketiga cara tersebut maka akan diperoleh rumusan topik atau
permasalahan yang jelas dan spesifik.
2.
Mengindentifikasi Pembaca Karya
Ilmiah Sebelum Anda memulai menulis, ada baiknya Anda harus mengidentifikasi
siapa kira-kira yang akan membaca tulisan Anda tersebut. Hal ini penting,
karena dengan mengetahui latar belakang pengetahuan dan minat pembaca, akan
mempermudah Anda di dalam mengorganisasikan materi sajian dan cara penyampaian.
Selain itu, fokus pembicaraan pun menjadi semakin jelas dan spesifik.
3.
Menentukan Cakupan Isi Materi Karya
Ilmiah Cakupan materi itu sangat ditentukan oleh rumusan tujuan yang jelas dan
pengidentifikasi calon pembaca tepat. Jika Anda tidak mengetahui siapa yang
akan membaca tulisan Anda, maka otomatis Anda tidak akan bisa menunjukan
cakupan materi yang akan dibahas. Akibatnya, akn sulit bagi Anda untuk memilih
dan memilih bahan pustaka, data atau informasi yang dibutuhkan pada saat
melakukan tahap pengumpulan data atau informasi untuk tulisan.
25.
Menyusun
pendahuluan tulisan ilmiah
a.
Latar
Belakang Masalah anatara lain berisi hal-hal yang mendasari adanya masalah yang
perlu diteliti, termasuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya masalah tersebut
diteliti atau ditulis.
b. Identifikasi Masalah, berisi inventaarisasi masalah-masalah yang
dapat dikaji yang terkait dengan masalah yang akan diteliti dan ditulis. Dengan
demikian ditemukan beberapa masalah.
c. Pembatasan
Masalah, memaparkan bagaimana penulis membatasi msasalah yang dianggap paling
penting, menarik, urgen, dan harus dipecahkan. Pembatasan tu dapat terkait
dengan kelulusan, tempat dan waktunya.
d. Perumusan
Masalah,merupakan tindakan merumuskan masalah yang telah dibatasi tersebut
biasanya dalam bentuk kalimat tanya.
e. Tujuan
Penelitian, disebutkan tujuan untuk pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan didepan.
f.
Kegunaan Penulisan atau
manfaaat peneltian yang dikemukakan manfaat dari hasil penulisan, baik secara
teoritis maupun praktis.
g. Penegasan
Masalah atau memberi definisi operasional verbal yang diteliti/ diselidiki,
agar tidak terjadi salah pengertian diantaar pembacanya tentang istilah atau
konsep yang ada pada penyelidikan tersebut.
26.
Menulis
batang tubuh tulisan
Bab
II
KAJIAN
TEORI/PUSTAKA
A.
Kajian Teori,
memberikan paparan teoritik yang mendasari pemecahan masalah yang sedang
dikaji. Dalam hal ini penulis/peneliti membaca berbagai literature yang terkait
atau hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan, yang dapat dicari di
internet atau jurnal hasil penelitian.
B.
Kerangka Berpikir,
memberikan alur piker, penalaran logis yang mengarah pada jawaban sementara
(hipotesis) terhadap masalah yang telah dirumuskan.
C.
Pemecahan Masalah,
yaitu perumusan hipotesis kerja dalam penulisan.
Bab
III
METODOLOGI
A.
Metode Penulisan, yang
menyebutkan tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan sampling (teknik
pengambilan sampel), jenis metode yang digunakan.
B.
Pengumpulan Informasi/
Data, dengan alat atau instrument apa dan bagaimana instrument tersebut dijamin
validitas dan rehabilitasnya.
C.
Analisis
Informasi/Data, nebggunakan tekhnik analisis apa, kalau penelitian kuantitatif
biasa digunakan tekhnik statistic yang sesuai (korelarional,
komparasional,regrensi, uji, ANAVA, dan lain-lain).
27.
Membuat
kesimpulan dari tulisan
A.
Simpulan, dituliskan
berdasarkan temuan dan hasil pembahasannya.
B.
Saran, diberikan secara
operasional berdasar pada temuan dan hasil pembahasan tersebut.
C.
Implikasi, dapat
ditambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif negatifnya.
28.
Struktur
tulisan ilmiah hasil penelitian
A.
Paparan Informasi/Data
Terkumpul, disajikan dalam bentuk tabel, gambar , atau diagram.
B.
Laporan hasil,
melaporkan hasil temuannya berdasar analisis yang telah dilakukan.
C.
Pembahasan, dilakukan
terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interprestasi dan evaluasi.
29.
Isi
pendahuluan dan tulisan hasil penelitian
1.
Latar Belakang Masalah
2.
Identifikasi Masalah
3.
Pembatasan Masalah
4.
Perumusan Masalah
5.
Tujuan Penelitian
6.
Kegunaan Penelitian
7.
Penegasan Istilah
30.
Isi
kajian teori dari tulisan hasil penelitian
BAB
II
KAJIAN
TEORI/PUSTAKA
A.
Kajian
Teori, memberikan paparan teoritik yang
mendasari pemecahan masalah yang sedang dikaji. Dalam hal ini penulis /peneliti
membaca berbagai literatur yang terkait atau hasil penelitian serupa yang pernah
dilakukan, yang dapat di internet atau jurnal hasil penelitian.
B.
Kerangka
Berpikir, memberikan alur pikir, penalaran logis
yang mengarah pada jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang telah
dirumuskan.
C.
Pemecahan
Masalah, yaitu perumusan hipotesis kerja dalam
penulisan.
31.
Isi
metodologi dalam tulisan hasil penelitian
BAB III
METODOLOGI
A.
Metode
Penulisan, yang menyebutkan tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel, dan sampling (teknik pengambilan sampel), jenis
metode yang digunakan.
B.
Pengumpulan
Informasi/Data, dengan alat atau instrument apa
dan bagaimana instrumen tersebut dijamin validitas dan reliabilitasnya.
C.
Analisis
Informasi/Data, menggunakan teknik analisis apa,
kalau penelitian kuantitatif biasa digunakan teknik statistik yang sesuai
(korelasional, komparasional, regresi, uji tanda tanya , dan lain-lain).
32.
Isi
laporan temuan hasil penelitian
BAB IV
LAPORAN HASIL
A.
Paparan
Informasi/Data Terkumpul,disajikan dalam bentuk
table, gambar, atau diagram.
B.
Laporan
Hasil, melaporkan hasil temuannya berdasar
analisis yang telah dilakukan.
C.
Pembahasan,
dilakukan terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interpretasi dan evaluasi.
33.
Isi
simpulan da saran hasil penelitian
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan,
dituliskan berdasar temuan dan hasil pembahasannya.
B.
Saran,
diberikan secara operasional berdasar pada temuan dan hasil pembahasan
tersebut.
C.
Implikasi,
dapat ditambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif dan
negatifnya.
Setelah menyelesaikan subtansi dari
struktur tulisan hasil penelitian sebagaimana tersebut diatas, penulis perlu
membuat abstrak, yaitu ringkasan
komprehensif yang mencakup rumusan masalah, teori yang relevan, metode
pengumpulan informasi, informasi yang terkumpul, analisis, temuan, saran, dan
implikasinya. Abstrak diupayakan singkat, cukup satu halaman ketik satu spasi,
dan ditempatkan di depan tubuh uraian. Selain abstrak, karya ilmiah hasil
penelitian juga memerlukan daftar sumber yang digunakan, yang berbentuk Daftar
Pustaka,
Dalam kaitannya dengan hasil penelitian
dapat disusun artikel penelitian untuk penerbitan. Artikel itu tersusun dalam
12-15 halaman, ketik 1,5 spasi atau 20-30 halaman ketik 2 spasi. Artikel
tersebut dimuat dipublikasi dalam jurnal penelitian. Selain itu, karya ilkiah
hasil penelitian biasanya hanya memerlukan suatu proposal atau usulan sebelum
meneliti/menulis. Proposal itu intinya sama dengan isi Bab I, II, dan III dari
Laporan Hasil Penyelidikan yang dikemas dalam struktur atau sistematika yang
berbeda. Struktur atau sistematika proposal itu antara lain dapat dicermati
dari tabel berikut.
Model
I
|
Model
2
|
Model
3
|
1.
Latar Belakang
2.
Masalah dan Tujuan
3.
Kerangka Pemikiran
4.
Metodologi Penelitian
5.
Kepustakaan
|
1.
Latar Belakang
2.
Masalah Penelitian
3.
Tinjauan Pustaka
4.
Tujuan Penelitian
5.
Metodologi Penelitian
6.
Kepustakaan
|
1.
Masalah dan Tujuan Penelitian
2.
Kerangka Pemikiran Penelitian
3.
Rencana Kegiatan Penelitian
4.
Kepustakaan
|
34.
Isi
abstrak tulisan hasil penelitian
Abstrak
merupakan sebuah ringkasan isi dari sebuah karya tulis ilmiah yang ditujukan
untuk membantu seorang pembaca agar dapat dengan mudah dan cepat untuk melihat
tujuan dari penulisannya. Di dalam dunia akademik, tulisan pendek ini digunakan
oleh institusi/lembaga/organisasi pendidikan sebagai informasi awal atas sebuah
penelitian ketika dimasukkan dalam jurnal, konferensi, lokakarya, atau yang
sejenisnya. Dalam dunia maya (internet), sebuah abstrak digunakan sebagai
gambaran singkat atas sebuah karya tulis ilmiah/penelitian untuk dibaca,
sebagaimana halnya sebuah “display” model pakaian dipajang untuk dilihat atau
diuji pakai sebelum dibeli. Selanjutnya, bagian lengkap sebuah penelitian
dijual kepada mereka yang berminat untuk mendapatkannya.
Struktur
penulisan sebuah abstrak yang terjadi saat ini menggambarkan ketidakpastian
konsep atau ketidakjelasan panduan yang dimiliki tentang susunan yang jelas
dari sebuah abstrak. Alasan atau pandangan atas perbedaan yang terjadi di dunia
akademik tidak dibahas dalam tulisan ini karena saat ini yang lebih penting
meluruskan dan atau menyamakan pandangan tentang penulisan sebuah abstrak yang
baik. Penulisan sebuah abstrak harusnya memperhatikan:
1. Struktur Paragraf.
Sebuah abstrak ditulis dalam satu
paragraf yang menerangkan keseluruhan isi tulisan secara singkat dan jelas.
Penulisannya tidak melakukan indensasi pada kalimat pertama paragraf. Single
space adalah pilihan yang dimiliki oleh penulis untuk menyusun kalimat dalam
paragrafnya. Lebih dalam, kadang seorang pembimbing Skripsi/Tesis/Disertasi
mengatur hingga pada penggunaan jenis huruf dan ukuran tertentu.
2. Jumlah kata.
Idealnya sebuah paragraf terdiri
dari 150 sampai dengan 200 kata. Namun, pertimbangan jumlah kata yang paling
tepat dalam penulisan Skripsi, Tesis, ataupun disertasi biasanya bergantung
pada pertimbangan pandangan pembimbing (supervisor) yang mendampingi seorang
mahasiswa dalam penulisannya. Seorang supervisor harusnya tidak
mempertimbangkan jumlah kata sebagai acuan utama penulisan paragraf, karena
bagian utama justru isi (content) paragraf.
3. Isi paragraph.
Pada saat pembimbingan, seorang
supervisor mengedepankan 4 bagian empiris dari sebuah
abstrak. Pertama, indentifikasi fokus penelitian dijelaskan secara singkat
agar pembaca memahami apa yang diamati oleh seorang peneliti di dalam
penelitiannya. Kedua, penulis perlu menggambarkan secara jelas desain
penelitian yang dilakukan dalam proses pencarian jawaban atau solusi atas
persoalan yang diangkat di dalam penelitiannya. Desain langkah penyelesaian
masalah ini oleh mahasiswa lazim dikenal dengan istilah Metode Penelitian.
Ketiga, selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil temuannya kepada pembaca.
Beberapa peneliti menganggap hasil temuan yang diungkap tidak perlu mengungkap
pembahasan yang dilakukan karena hal itu justru akan membuat pengulangan isi
tulisan. Jelas maksudnya karena bagian pembahasan temuan penelitian juga diurai
di dalam bagian kesimpulan. Keempat, perlunya bagian kesimpulan di dalam sebuah
tulisan juga terlihat di dalam sebuah abstrak yang tetap mendapatkan perhatian
penting sebagai bagian akhir dari paragraf. Pada bagian ini kadangkala sejumlah
peneliti menyisipkan rekomendasi penelitian namun tanpa pembahasan atau uraian
yang panjang. Lebih lanjut, tidaklah lazim sebuah abstrak diisi oleh nama si
penulis serta para pembimbing tulisannya, apalagi hal itu ditulis dalam huruf
cetak tebal.
Penulisan abstrak memang tidak bisa
diselesaikan dalam satu kali penulisan. Sama halnya dengan penulisan esei
(essay), penulisan abstrak juga memerlukan latihan agar bisa menciptakan hasil
tulisan yang baik. Saat ini panduan penulisan menggunakan APA (American
Psychology Association) style telah populer digunakan di perguruan tinggi.
Meskipun panduan penulisan ini bukanlah satu-satunya panduan penulisan yang
ada, APA style menjadi pilihan banyak para penulis dikarenakan pertimbangan
panduan ini digunakan oleh banyak perguruan tinggi di dunia sehingga juga
memundahkan penyesuaian dan penerimaannya.
35.
Menyusun
penerbitan dari hasil penelitian
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah, antara lain berisi hal-hal yang mendasari adanya masalah yang
perlu di teliti
B. Identifikasi
masalah, berisi inventarisasi maslah-masalah yang dapat dikaji yang terkait
dengan masalah yang akan diteliti dan ditulis.
C. Pembatasan
masalah,memaparkan bagaimana penulis membatasi masalah yang dianggap paling
penting,menarik,urgen dan harus dipecahkan.
D. Perumusan
masalah, merupakan tindakan merumuskan masalah yang telah dibatasi tersebut
biasanya dalam bentuk kalimat Tanya.
E. Tujuan
penelitian, disebutkan tujuan untuk pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan di depan
F. Kegunaan
penulisan, atau manfaat penelitian yang dikemukakan manfaat dari hasil
penulisan, baik secara teoretis maupun praktis.
G. Penegasan
istilah, atau memberikan definisi operasional variable yang diteliti/diselidiki,
agar tidak terjadi salah penertian di antara pembacanya tentang istilah atau
konsep yang ada pada penyelidikan tersebut.
BAB
II
KAJIAN
TEORI/PUSTAKA
A. Kajian
teori, memberikan paparan teoretik yang mendasari pemecahan masalah yang sedang
dikaji.
B. Kerangka
Berfikir, memberikan alur piker, penalaran logis yang mengarah pada jawaban
sementara ( hipotesis) terhadap masalah yang telah dirumuskan.
C. Pemecahan
masalah, yaitu pemurusan hipotesis kerja dalam penulisan.
BAB
III
METODOLOGI
A. Metode
penulisan, yang menyebutkan tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan
sampling (teknik pengambilan sampel),
jenis metode yang di gunakan.
B. Pengumpulan
informasi/ data, dengan alat atau instrument apa dan bagaimana instrument
tersebut dijamin validitas dan reliabilitasnya.
C. Analisis
informasi/ data, menggunakan teknik analisis apa, kalau penelitian kuantitatif
biasa di guanakan teknik statistic yang sesuai ( korelasional, komparasional,
regresi, uji, ANAVA. Dan lain-lain)
BAB
IV
LAPORAN
HASIL
A. Paparan
informasi/ data terkumpul, disajikan dalam bentuk table, gambar, atau diagram.
B. Laporan
hasil, melaporkan hasil temuannya berdasarkan analisis yang telah di lakukan.
C. Pembahasan,
dilakukan terhadap hasil yang telah diperoleh dengan interpretasi dan evaluasi.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan,
dituliskan berdasarkan temuan dan hasil pembahasannya.
B. Saran,
diberikan secara operasional berdasarkan pada temuan dan hasil pembahasan
tersebut.
C. Implikasi,
dapat di tambahkan sebagai akibat dari temuannya, termasuk efek positif dan
negative.
36.
Mendokumentasikan
sumber tulisan hasil penelitian
Tulisan ilmiah memerlukan dokumentasi
sumber untuk mempertanggungjawabkan kebenaran informasi, data atau fakta yang
di gunakan dalam menyusun tulisa. Mendokumentasi sumber tidak lain adalah
membuat notasi ilmiah. dalam hal ini dapat digunakan catatan tubuh ( sesuai dengan APA) atau catatan kaki (
mengikuti MLA). Bagaimanapun perlu diperlu dipertimbangkan tuntutan aturan
selingkung yang akan mempublikasikan tulisan tersebut.
37.
Membuat
daftar sumber tulisan hasil penelitian
Membuat data hasil
penelitian harus melalui metode-metode pengumpulan data,
antara lain :
1. Metode Observasi
Pengumpulan
data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar
lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
·
Pengamatan digunakan untuk
penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
·
Pengamatan harus berkaitan dengan
tujuan penelitian yang telah direncanakan.
·
Pengamatan tersebut dicatat secara
sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai
suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan
dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan
pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa
keuntungan antara lain :
Pertama.
Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau
sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung
mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua.
Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan
yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu
metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2.
Metode
Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
3.
Metode
Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah
disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau
daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah
menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan
responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui
email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti
kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan
memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam
satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi
kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok
karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar